Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Thursday 22 December 2011

Berkendara

melintasi jalanan pagi hari, sepi, menarik gas sampai melewati batas maksimal, 
merasakan dingin udara dan membebaskan pikiran, lega!

Ini hobi baru. Ya, baru tiga hari dilakukan tapi mungkin akan jadi kebiasaan. Pagi-pagi buta memacu kendaraan di jalanan dengan kecepatan tinggi. Rasanya lega sekali bisa melaju menembus dingin udara dan angin. Seperti diterbangkan angin. Seperti dapat kepuasan tersendiri. Suka.

Flashback ke 2 tahun lalu, ke mana-mana selalu di antar. Membawa motor sendiri adalah sesuatu yang wah. Saat semua teman-temanku sudah ke mana-mana dengan motor mereka, aku hanya bisa cemburu dan mengandalkan jemputan. Sungguh anak papa! Tapi setahun terakhir aku menakhlukkan rasa takut dengan jalanan. Dan melawan trauma itu berat. Jatuh itu sakit dan aku sangat tahu rasanya. Sedikit demi sedikit dan bisa! Akhirnya aku nekat ke mana-mana naik motor walaupun dengan jarak dekat dan tanpa SIM.

Lebaran kemarin, akhirnya ijin iti datang. SIM saudara-saudara, saya dikasih SIM ama si Ayah. Jadilah sekarang saya ke mana-mana tanpa mengandalkan orang lain. Dan sungguh punya kendaraan sendiri itu sangat membantu. Thanks, Dad! ^^

Dan, mengenai hobi baruku ini tentunya si Ayah tak tahu menahu. Kalau tahu bisa kena omelan aku. Hanya saja si kakak agak bawel soal bensin. "ngabis-ngabisin bensin aja!" gitu gerutunya, Ah, kak, adikmu sedang suka berkendara jadi biarkanlah...

Tuesday 13 December 2011

L.I.F.E

"Hidup itu seperti memutari gang kecil, 
kita tidak akan tahu siapa yang ada di belakang kita sebelum kita berputar.."

I don't remember who said the words above, but I think it's true. Life is like walk around in small path. We don't know who walk behind us until we have rounded that path.

Sometimes, we fell so tired living in our life. A lot of problems come one by one make our life suck. Loosing our precious thing in life. Or, we only do same activities again and again. So bored!

One must we remember, WE HAVE THE GREATEST GOD! Give our belief to Him. Our God always have so many answers for our problems even answer for the biggest ones. God knows the answer. Trust Him, trust Him for all our pray..

Life is mystery. We don't know the future is. We don't know whether we will happy or not. We don't know even something happen in one minute later. We only do our best for making the best life for our future. The future we want, making all dreams come true, making better life..

But, if it seems that our future doesn't look like we want, don;t be sad. We haven't knew the end of this story. May be, God has different choice for us. Only God know the future. So, trust Him,, May be, it will be the best choice for us. Crying now but smiling in the end..

Trust Him,, Trust Allah...

We only have to try to make beautiful memories and make the greatest achievement in our life. Keeping all our sadness, keeping all bad memories. We try to make people around us happy. That's life! That's an amazing life.

Become happy, laugh, cry,,,
Loving, caring, hugging and having so many people in our world...
Forgetting, forgiving all of sadness and lose..
That's life..

Happy and sad..
Laugh and cry..
Love and forgive..

Trust God,, He know the best for our life now, tomorrow, the day after tomorrow until end of our life..
Trust Him,, He will show the right way to you..

-forgetting all my sadness,, welcome sunshine-

Thursday 8 December 2011

Autumn,,..

I always dream that someday, I don't know exactly when, I will have a chance to visit one of four seasons countries. I wanna see how snow is, walk around in garden that full of beautiful flowers in spring, feel hot weather in summer and I wanna walk under trees in autumn. It sounds so romantic, doesn't it?

Autumn,,,
I like autumn although I never see and feel it by my self. I've seen autumn in many graphs and articles in internet. And it's enough to say I love autumn. Autumn give a mix beautiful color around us. Imagine weather I am there, walking under falling leaves and enjoy every step I take. That's so beautiful, isn't it? I become so happy when I think about it. Orange, black, pink, that are some romantic colors for falling in love and broken heart at same time, I think. Autumn suit for someone that have mellow and dramatic character.


Wednesday 7 December 2011

Catatan yang Tertinggal, WISUDA

Ditulis pada 13 Oktober 2011 di Kalideres, Jakarta Barat

Alhamdulillahirabbil'alaminn... segala puji bagi Allah yang melimpahkan kebahagiaan padaku dan kedua orang tuaku kemarin. Akhirnya setelah 3 tahun menempuh masa pendidikan diploma 3 di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara aku resmi menjadi alumnus. Ya, masa aktif belajarku sudah habis di kampus Ali Wardhana ini.

Dulu, Oktober 2008 aku pertama kai menginjakkan kaki di sini. Dengan sedikit paksaan dari Orang tua meninggalkan Ilkom Universitas Diponegoro.. Demi mimpi membahagiakan orang tua. Sepertinya dulu ga ada impian untuk mengabdi demi negeri tapi sekarang 3 tahun di sini aku jadi tertepa buat memberi lebih untuk negaraku, Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Pak Agus dalam sambutannya kemarin, "jangan tanya apa yang negara berikan untuk kita, tapi tanyalah apa yang bisa kita berikan untuk negara." Dan aku belum memberi apa-apa untuk negara kecuali malah menghabiskan uang negara yang membiayai 3 tahun pendidikanku.

Renungan Syukur

Hanya ada 7 nada dalam not musik,
tapi variasinya sangat banyak hingga tak mungkin mendengar seluruhnya

Hanya ada 3 warna dasar,
tapi variasiny sangat banyak hingga tak mungkin kita bisa melihat seluruhnya.  


Hanya ada 3 rasa dasar,
tapi variasinya sangat banyak hingga tak mungkin kita bisa mengecap seluruhnya.

Dengar,,liat,,rasakan..

itulah hidup,,
tak mungkin kita mendapat semuanya,
tak mungkin kita merasakan semuanya,
maka bersyukurlah atas apa yang kita punya dan kita dapat..
Alhamdulillah..

Tuesday 6 December 2011

Wedding Organizer...

Mimpi itu harus ditulis biar kita ada target buat ngejar, benarkan? Dan ini salah satu mimpiku, punya sebuah Wedding Organizer yang membantu orang lain menyiapkan hari bahagia mereka.. Pasti akan sangat menyenangkan setelah bekerja dan mendapatkan senyum di wajah kedua mempelai.. Bukankah impas jika kerja keras kita terbanyar dengan kebahagiaan.. :)

Bagaimanapun, pernikahan adalah sesuatu yang indah dan sakral, di manapun sesederhana apapun, pernikahan itu tetap bermakna. Dan aku ingin jadi bagian yang bisa membantu sahabat-sahabatku, orang terdekatku dan orang lain yang aku tak kenal untuk menyelenggarakannya. Karena dengan melihat senyum bahagia mereka saja aku sudah puas.. ^^

Memulai dari mencari gedung, undangan, tata ruang, dekorasi, baju pengantin, sounds, dan segala macamnya. Membantu seorang calon pengantin memilih gaun dan riasan juga sangat menyenangkan. Aku pernah menemani si Ibu menyiapkan pernikahan kakakku dan itu mengasyikkan. Membeli kebaya, memilih model, menjahitkan, memesan menu-menu makanan dan kue,, segala sesuatunya membuatku amazing.. Sukaaa.. :D

Sekarang keinginan itu semakin kuat. Makanya cepet punya uang ya Liya,, biar bisa nanbung dan mujudin semua mimpi. Eh pengen apa aja si? Banyak! Punya usaha catering makanan, wedding organizer, toko busana muslim sebelum akhirnya rest sebagai PNS. Setidaknya bisa mendirikan salah satu sebelum alih profesi. aamiin....

Sunday 4 December 2011

Tentang Karna dan Tentang Aku

Cerita ini dibuka dengan prolog dari seseorang yang duduk di belakang kelir. Dialah tokoh sentral malam ini, dialah yang akan membawa kita hanyut dalam kisah Pandhawa dan Kurawa dengan berbagai intrik dan kisah kasih di dalamnya, dia yang biasa disapa ki Dalang. Suaranya melengking membuat semua mata tertuju ke lenggok tangannya.

Akhirnya, sorot lampu kecil di atas kelir (layar) menampakkan bayangan gunungan pertanda cerita ini akan bergulir. Aku duduk di sini, menyimak semua perkataan sang Dalang meskipun ada beberapa kata yang hanya mengira-ngira saja artinya. Suara sang Dalang yang renyah dan alunan gamelan serta nyanyian sinden menggema di sini, di pagelaran wayang kali ini. Dan di sinilah aku duduk di antara desak dan ramai penonton yang antusias melewatkan malam dengan tontonan rakyat ini.

Friday 2 December 2011

Manis dan Shiro

Yey....!!! akhirnya aku punya kucing lagi... sorak-sorak bergembira.. :) Kali ini dapat hibahan 2 kucing persilangan Anggora dan kucing Jawa.. Yang satu, si Manis (warnanya item) bulunya Anggora banget, yang Shiro (belang kayak macan) bulunya kek kucing biasa..

Ini nih penampakan keduanya yang lagi makan ^^

yang Item Manis, yang Coklat Shiro..

-Cerita Singkat Mereka-

Manis dan Shiro lahir 13 September 2011, jadi umur mereka sekarang 2 bulan 3 minggu. Mereka anak dari Cantik (peranakan Anggora) dan kucing Jawa tetangganya. Nah, pas si Cantik, emaknya Manis dan Shiro hamil, Mbak Vivi nawarin kucingnya ke bulikku. Karena tau aku maniak kucing ditawarilah aku buat jadi emak angkat si Shiro dan Manis. Singkat cerita aku mau dan buat perjanjian kalau mereka akan dikasih kalau udah di sapih (berhenti nyusu) emaknya.

Thursday 3 November 2011

Kampung Inggris, here we learn more than English, guys..

Jadi ceritanya selama jadi pengangguran kurang lebih 2 bulan aku ngungsi ke Kediri. Bukan di Kediri kotanya tapi di Kabupaten Kediri tepatnya di Kecamatan Pare di sebuah desa bernama Pelem. Ya, Kampung Inggris atau dikenal sebagai Kampung Bahasa atau English Village. Ya, disinilah aku dari tanggal 31 Oktober sampe 30 November. Niat suci mengisi liburan dengan kegiatan yang lebih manfaat daripada sekedar males-malesan di rumah.. Belajar Bahasa Inggris lagi.

Aku lupa tepatnya gimana yang pasti tanggal 31 Oktober aku sudah ada di Pare dengan modal percaya sama yang namanya Erwan. Denger namanya aja baru, apalagi tahu orangnya. Jadi, Erwan itu anak Kediri yang ngajakin kita-kita belajar Inggris bareng di Pare. Karena dia jugalah aku bisa kenal dan sekelas ama 11 orang yang menyenangkan. Semua gara-gara Erwan ^^

Nia, Fika, Juni, Novi, Damai, Ika, Erwan, Satria, Riyan dan aku... Kami semua ketemu di sini, di kampung Inggris, Pare. Sebulan cukup membuat kami deket, terutama cewek-ceweknya. Aku merasa sangat beruntung bisa nyasar sebulan di Pare dan ketemu dengan mereka. Selain bahasa Inggris aku dapet yang jauuuuh lebih berharga dari sekedar bisa dan lancar berbahasa Inggris.. Thanks, guys... ^^

Saturday 22 October 2011

Tombol Hiden di FB ku

Aku tuh tipe orang yang ceplas ceplos dan ga begitu suka basa basi. Jadi jangan kaget kalau aku ga suka dengan sesuatu biasanya aku akan "galak". Galak dalam artian malas buat ngeliat apalagi deket-deket. Itulah kenapa aku sangat terbantu dengan tombol hiden di facebook ku. Ya, tombol yang dengan ajaib akan menyimpan semua status update, maupun activitas lain yang dilakukan seseorang di facebook. Bukannya jahat, tapi ini juga sarana filter aja, biar yang muncul di homepage ga neko-neko. Karena kalau saringannya lewat friend agak susah karena kadang kita susah me-reject permintaan pertemanan.


Sayangnya, daftar hidennya kini sudah begitu banyak. Aku baru sadar saat malam ini kembali meng-edit profil FB. Akankah malam ini akan bertambah satu lagi? ah sepertinya harus! Kali ini aku sepertinya harus meng-hiden lagi salah satu teman di FB. Kenapa?? Karena aku yang salah, itu dia. Karena aku ga suka ketidakkonsistenan seseorang. Karena aku menganggap apa yang dikatakan di status update nya belakangan sangat berseberangan dengan kenyataan.


Eh, bukan dia yang salah. Aku yang salah karena sudah salah berprasangka. Kalau kata temen si, "wajarlah kan namanya juga dunia maya, semua orang pengen terlihat sempurna, wajar..." tapi bagiku itu tak semudah itu bilang wajar. Karenanya ijinkan aku malam ini meng-hiden profilmu, teman.

(Sekali Lagi) Bicara Tentang Cinta...

Selesai blog walking ke beberapa blog dan entah sudah berapa tema cinta yang tertangkap nalarku. Mulai dari cerita cinta sepasang muda mudi, sepasang suami istri, ada juga cerita penantian atau bahkan cerita sedih patah hati. Ya, semua itu tercipta dengan satu kata ajaib, CINTA!!! 

Apa itu cinta? Apa bedanya dengan sayang? dengan kasih? Apa pula itu kangen? rindu? Ah, aku pernah melewati masa di mana bisa dengan mudah mengucapkannya. Tapi sekarang sepertinya aku tak lagi bisa memaknai kata-kata tersebut. Bukan karena tak tahu, karena tak bisa menyebutnya cinta bila belum terbungkus rapi. Karena tak mampu mengatakan rindu bila belum mendengarnya mengucap akad. Dan karena tak sanggup mengatakan sayang bila hanya akan menyiksa perasaannya dengan bayang-bayang semu. Aku tak mau menjanjikan sesuatu kosong dan dijanjikan sesuatu impian di siang bolong.

Dan lihatlah, suatu saat nanti akan datang pangeran berkuda putih membawa impian sebenarnya padaku...

Thursday 20 October 2011

Hilang..

Dan, cahaya itu memudar.. pada akhirnya kita memang hanya boleh percaya pada kuasa-Nya. Cahaya yang demikian terang saja bisa meredup, sedikit demi sedikit terkikis. "Bukan seperti itu dia yang kukenal" tepisku. Tapi ah sudahlah hati manusia itu berbolak-balik. Siapa yang bisa menjamin seseorang yang baik akan selamanya menjadi baik? Begitu juga aku. Di sini, di sudut hati ini sekarang hanya tersimpan kecewa. Kecewa yang aku sendiri ga tahu tertuju ke siapa. 

Dan kini, aku teringat mata jernih itu, mata yang selalu aku idolakan karena dia begitu berkilau, begitu memberi semangat aku untuk bisa menirunya. Mata itu masih berkilau, masih berpijar. Tapi sayangnya aku sudah tak mengidolakannya. Sayangnya pemilik mata itu sudah membuat hatiku ragu untuk kembali melangkah.

Ah, ternyata memang benar ya.. kita tidak boleh bergantung pada manusia. Saat semuanya berbalik arah yang harus kita percaya cuma satu, Allah...

Sunday 16 October 2011

Dilema Lebih Kurang

yang terlalu berlebihan itu tak baik akan tetapi serba kekurangan itu juga tak pantas...

Nabi Muhammad mengajarkan kita agar hidup sewajarnya, tak kurang dan tak berlebihan. Dimulai dari hal sepele yakni makan. Berhentilah sebelum kenyang, begitu ajaran Nabi pada kita. Itu pula yang dicontohkan dalam setiap sisi kehidupan Nabi. Nabi Muhammad itu tak miskin, tapi beliau juga tak bermegah-megah dalam istana. Cukup selembar pelapah kurma dan selimut yang menemani tidurnya. Tak jua berlomba menyandang sutra dan permata. Cukup ada pakaian bersih dan suci dari hadas agar bisa menghadap Allah. Padahal andai beliau mau semua kemewahan dan keagungan bisa beliau dapatkan. Begitulah akhlak Nabi, begitulah kesederhaan yang diajarkan hamba mulia ini. 

Hidup sederhana, qona'ah dalam penerimaan nyatanya tak semudah itu. Tak mudah bukan berarti tak bisa. Maka, cukuplah kita berusaha meneladaninya. Sedikit demi sedikit, ikhlas dalam hidup, qona'ah pada takdir, mengambil rizki yang halal dan terakhir sederhana dalam hidup. InsyaAllah hidup akan lebih barakah.

Mari Bangun Istana Kita

Mari bangun istana kita,, 
tak usah semegah Taj Mahal, tak usah sebanyak Prambanan dan tak usah semewah piramida, 
yang penting cukup, cukup buat kita berbincang, bercengkrama dan bersujud kepada Allah. 

Mari bangun istana kita,,
Biar kecil tapi damai terasa. 
Biar hanya sepetak tapi kokoh fondasinya. 
Biar sederhana tapi kita bisa selalu menikmati sore bersama. 

Mari bangun istana kita,, 
bersama dengan sebongkah cinta dan percaya. Dengan doa dan pengharapan keridhoan-Nya. 

Mari bangun istana kita, surga pertama kita. Tempat melepas segala lelah, tempat kita saling bersandar dan tempat yang selalu kita rindukan.
Mari bangun istana kita, bersama...

Saturday 15 October 2011

CERMIN

Cermin itu satu alat yang memantulkan cahaya sehingga kita bisa melihat pantulan bayangan kita di permukaannya. Bisa dibilang cermin itu jujur, semua yang ada di depannya dipantulkan tanpa ada yang disembunyiin atau dihalang-halangi. Wajah cantik ya keliatan cantik, wajah yang jerawatan ya tetep ga berubah. Itulah cermin.. Maka kalo ada peribahasa buruk rupa cermin dibelah maka bukan cermin yang salah tapi pola pikir dan ego manusia yang tak mau mengakui keburukannya.

Bila diibaratin, hidup kita itu kayak cermin, apa yang kita perbuat, tingkah laku kita semua akan memantulkan sebuah bayangan di hadapan orang lain seperti cermin. Bagaimana orang melihat kita itu tergantung dari apa yang kita lakukan ke orang. Semuanya memantul sendirinya, kayak hubungan timbal balik, lu baik gue baik, lu jahat gue jahat. Begitu terus, makanya kalau aku bilang hidup ini kayak cermin, kita bisa lihat bayangan kita dari apa yang orang lain lakukan ke kita. Jadi, kalau ada yang ga suka ma kita bukan dia yang salah tapi mungkin kita emang pernah buat salah ke dia. Pada dasarnya semua orang itu baik jadi kalau ada yang jadi ga suka ma kita brarti tanda error itu ada di diri kita.

Dan, pada nantinya jodoh kita adalah cermin diri kita. Silahkan bercermin kepadanya. Jika dia orang yang malas maka mungkin kita juga begitu. Untuk itu, saat kita mengharapkan seorang yang baik maka jadilah orang yang baik juga. Karena saat kita memperbaiki diri, Allah akan mempersiapkan yang terbaik juga, insyaAllah...

Sunday 25 September 2011

Bitterschokolade (part II)

Aku tak tahu apa ini benar. Aku sudah benar-benar kehabisan cara untuk menemukannya. Apalagi semenjak aku pindah ke Surabaya. Semua menjadi jauh. Dan keinginanku untuk kembali sekedar mengucapkan "apa kamu baik-baik saja, Nin?" tak pernah terjadi. Semua jadi semakin ruwet, ya bagai benang kusut yang tak kunjung ketemu ujungnya. Ini semua salahku Nin, percayalah harusnya aku tak seceroboh itu mengambil keputusan. Harusnya aku tak bersikeras menentang Ibuku. Dan harusnya 25 tahun menjadi anak Ibuku aku tahu cara yang tepat menghadapinya. Maafkan aku, Nin..

Tiga hari lalu aku dapat proyek di Semarang. Kau tahu betapa senangnya aku saat kembali menginjakkan kaki di kota Atlas ini. Menyusuri jalan pandanaran sebelum akhirnya menikmati suasana Simpang Lima. Kota ini ga banyak berubah Nin. Dan aku harap kamu juga ga berubah. Dan semoga aku belum terlambat untuk menemuimu. Sore nanti aku akan menyempatkan datang ke rumahmu. Aku tahu aku tak akan diterima di sana setelah yang kulakukan hari itu. Tapi setidaknya aku mencoba Nin.

Saturday 24 September 2011

Bitterschokolade (part I)

Jakarta

Kamu tahu Lin, betapa beratnya kota ini. Penuh kendaraan bermerk, sesak gedung-gedung bertingkat dan penat wajah orang-orang di bus. Gaya hidup serba price tag dan kamu tahu Lin, aku sungguh ingin teriak ke mereka "Why is everyone  so serious about it?". Ga ada kedamaian kayak di kota kecil kita. Tapi jujur, melihat Jakarta aku jadi bener-bener sadar kalau kota kita itu desa, desa yang tertinggal jauh dari peradaban metropolitan.

Di sini hidupku berubah Lin, hampir tak ada waktu untuk bersantai. Pagi-pagi buta sudah gelantungan di jalanan memburu bus yang menurutku sudah ga layak dinaiki. Tapi tetap saja Lin, aku bersama orang-orang di sini tetap menggandrunginya. Kamu tahu demi apa Lin? Demi uang yang ga seberapa untuk makan kami, untuk makan keluarga yang ada di rumah. Begitulah Lin, pantas kalau kau mengejekku kurus kering saat melihat penampakan teranyarku di Facebook. Tapi aku bangga satu hal, kau memuji wajahku yang tambah kinclong dan terawat. Tuntutan jadi orang ibu kota candaku dan kau pun tertawa. 

Friday 23 September 2011

why

Why? Why is it still beating up like this,, Why is my heart always hurt when I see you? Why??

Sudah dua taun dan ternyata ga berubah.. Masih saja kamu mengabaikanku. Jika aku di kanan maka kiri adalah pilihanmu. Walaupun aku tahu kalau saja tak ada aku pasti kamu memilih kanan. You know, It's hurting me.. So hurt...

Selalu saja aku memimpikan bisa kembali ada di sisimu saat berjalan dan bisa tertawa bersamamu. Hurt... I't so hurt... I can't stay like this...

Saturday 13 August 2011

Semua Orang Bilang ke Saya, SABAR

Kata mereka, sabar.. sabar kalau dosbing susah banget ditemuin..
Kata mereka, sabar.. sabar kalau revisi dan harus perpanjangan..
Dan kata mereka, sabar.. sabar kalau akhirnya hardcover pun ikut molor karena fotokopiannya overload ngelayanin demand yang lebih banyak dari suply..
Dan lagi-lagi sabar kalau semua melenceng dari bayangan...

Tapi,, susah ternyata sabar saat semuanya datang bertubi-tubi.. Ternyata susah bilang sabar dan senyum saat ngeliat yang lain udah nenteng-nenteng lap PKL, dan parahnya saya tahu kalau mereka nyerahin ke fotokopiannya jauh setelah aku. Jadi mikir ini potokopian pake sistem LIFO apa yak?? Di mana-mana keknya pake FIFO deh,, siapa cepat dia dapet duluan tapi ya sudahlah... Kecewa? Pasti! Boong banget kalau harus acting like nothing happen, really annoying! 

Tapi bener kata seorang teman, marah juga ga bakal ngrubah keadaan,, tetap aja belum jadi.. So, calm.. Salah aku juga sih,, harusnya lebih bisa baca keadaan. Kalau sebanyak itu rasanya juga ga mungkin bisa selesai walaupun ada yang bilang hardcover bisa jadi hanya dalam hitungan jam! tapi mungkin aku lupa kalau ada faktor X juga yang bisa terjadi. Mungkin mesinnya tiba-tiba rusak, mungkin orangnya sakit dan mungkin-mungkin yang lain. Aku hanya menyayangkan kenapa yang duluan malah ga jadi dan yang masuk belakangan malah udah selesai. hmm,,, rezeki orang beda-beda! ahahaa

Dan hari ini, saya menunggu janji! Jam 10 kita lihat apa masih ada sisa kepercayaan yang bisa aku kasih dan pertahanin. Karena bisnis adalah kepercayaan. Semoga jadi pelajaran buat kita semua deh. Dan buat aku biar lain kali pinter-pinter baca kondisi.

Saturday 6 August 2011

Tumis Cumi Paprika edisi Sahur ^^

Ini gara-gara pengen cumi tiba-tiba.. Langsung deh, mampir harmoni belanja, sebelum maghrib diracik semua dan abis tarawih dimasak dan taraaaaaa.... (FYI, kenapa ga dimasak buat buka karena hari ini aku bukber ma anak tk 3 Kamaraja ^^)



yummy..... mungkin ga seenak masakan si Mami tapi ini cukup mewah sekali untuk sahur ntar :D

Wednesday 27 July 2011

Edisi Nge Galau Dosbing

Minggu Pertama Lap PKL

Ibunya ga bisa di hubungi dari seminggu yang lalu..
SMS, telp, Email semua ngegantung..

Minggu Kedua Lap PKL

Ibunya DL ke Balikpapan sampe Kamis, Jumat baru ada di Jakarta..
Padahal Jumat deadline pengumpulan -____-"

Hohohooo serasa DEJAVU pas outline!!

dari tanggal 19 - 28 Juli agenda = nyampah di kosan (mending baliknya ke Bintaro ga usah cepet2 ya kemarin T.T)

Tuesday 26 July 2011

Mengejar Dosbing part 1

Tulisan ini sebenernya uda lama aku bikinnya pas masa-masa dulu bikin outline. Yah, masa stres saat semua teman-temanku uda nenteng-nenteng itu outline rapi dengan jilid sampul kuning ke sekre sementara aku dan temen-temen se-dosbingku masih yang nol banget alias ngegantung belum ada revisi. Iri, pastinya... pokoknya campur aduk bener dah waktu itu...

15 Juni 2011
Mengejar Dosbing part 1

Mengejar dosbing ini ceritanya.. Pagi-pagi uda rapi jali ke kampus bawa outline, FD dan tentu saja halaman persetujuan yang banyak. Yah, karena beberapa hari ini dosbing kami ga bisa di hubungi jadi kami berinisiatif buat langsung nyamper ke kantor pusat. Sebenernya aku sih udah yakin itu outline ku ga kebaca ma Ibunya T.T tapi masih optimis lah ya,, insyaAllah acc walaupun belepotan di mana-mana :(

Kemarin, Ibunya membuat kami jantungan saat bilang ibunya uda koreksi sebagian dan bakal kirim balik hasil revisi ke email kami. Dan, terereeeeng... taraaaa... yang emailnya dibales ma Bu Heni cuma 4 orang dari total 8 orang kelompokku. Dari 4 itu aja cuma 2 orang ada hasil revisiannya, 1 orang ada attachment nya tapi ga ada revisiannya, dan yang satu lebih parah email balesannya ga ada attachmentnya..  Dan saya sangat beruntung ada di kelompok yang GA DAPET BALESAN EMAIL hahaaa.. Percuma sampe bergadang nungguin email dan mantengin layar yahoo mail. Tapi aku lebih beruntung karena 2 orang temenku malah emailnya ga sampe ke ibunya.. Itu lebih nusuk saudara-saudara :(

Akhirnya, hari ini rabu, kami niat banget nyamperin Ibunya mau ga mau, bisa ga bisa, sibuk ga sibuk demi satu tandatangan aja di lembar persetujuan. Dan pagi ini kembali menyusuri jalan Ibu Kota dengan motor ke kantor pusat, demi tanda tangan demi outline demi PKL... Dan Alhamdulillah,, usaha kami ga sia-sia, tanpa banyak basa basi dan pertanyaan tanda tangan di dapat.. tarraaaaaaaaaa...... uda kayak mau di cium-cium itu tanda tangan yang dapetnya susah minta ampun hehee

Dan hari ini juga, langsung deh dengan bangga jalan ke kampus nenteng-nenteng outline yang uda dijilid. Ternyata rasanya plong banget setelah melalui banyak kegalauan dan banyak usaha sampe bisa jadi nih benda kuning keramat ini.. Dan yang lebih Alhamdulillah laporanku lolos sensor di sekre huahaa,, secara dari kemarin anak pajak pada ribut ngomongin sekre yang mulai usil sampe titik di gelar aja di masalahin -____-" (menurut gw itu sangat amat ga penting)

Yah, after all,, alhamdulillah... semoga ga ada tulisan Mengejar Dosbing Part 2 deh,, uda cukup sekali.. Pas laporan PKL baik baik ya Bu,, jangan gantung kami lagi :D

***

Itu dia tulisan ku waktu itu dan sepertinya doaku di akhir tulisan ga dikabulin T.T hiks,,
Ternyata masih ada Mengejar Dosbing Part 2!! :((

Seperti apa? kita liat saja... Kalau sekarang status masih Galau Digantung Dosbing wkwkwkwkk

Friday 22 July 2011

Ritual Malam

Hei, aku kembali lagi di ritual setiap malam bersama teman kosku. Sebut saja namanya Nia (nama sebenarnya). Malam, menyusuri jalan PJMI dan kalimangsa, cari makan kalo ga punya lauk atau sekedar beli gorengan di pos ronda PJMI. Meski kesannya biasa tapi akan selalu ada cerita atau mungkin kejadian lucu yang terselip. Saat suatu ketika kita berdua bertemu seseorang yang kita hindari, kita cari-cari bahkan kadang kita sampai takjub melihat seseorang. Saat dengan tidak sengaja bertemu teman, temannya teman bahkan ketua kelas saat makan di warung dan berakhir ngobrol ngalor ngidul ga jelas arahnya. Setiap hari pasti ada saja kejutannya. Ya, semua cerita lucu itu ada di memoriku. Sederhana sih dan sepertinya jalan yang dilalui juga sama, tapi orang dan situasinya selalu mengecap kata beda di ingatan kami.

Ritualnya bukan hanya sampai di situ. Kami hampir tiap hari makan malam bersama di depan TV menonton acara TV yang kadang ga jelas apa sambil ngobrol sini ngobrol sana. Jujur, kadang-kadang TV jadi ga berguna di saat-saat kita sedang "berdiskusi" tentang sesuatu. Obrolan ringan bahkan curcolan pun seriiiiiiiiiiing banget hadir sampai lupa jam bahkan lupa kalau masih ada tugas lainnya -____-"

Begitulah kami. Seperti malam ini. Memutari kalimangsa, beli gorengan, makan bareng, nonton TV, ngobrol. Dan meski sampai jam 12 malam pun kadang semua ga cukup. Kadang pengen deh bilang ini saat ngobrol ma Nia, tapi kok aneh ya kalo tiba-tiba ngomong gini,  
"Terima kasih atas semuanya, pertemanan, ritual malam dan semuanya. Pertemanan kita memang sederhana, ga istimewa dari sisi manapun, tapi aku nyaman bercerita apapun dan itu cukup, cukup untuk mengatakan kamu itu bukan sekadar teman tapi SAUDARA"

Well, friendship is not always look like butterfly.. Sometimes it must be a caterpillar before it looks beautiful as a butterfly..

Sunday 10 July 2011

Secangkir Sereal dan Sepotong Pengharapan

Pagi selalu mengawali harinya dengan matahari sedangkan aku mengawali hari jauh sebelumnya. Ya, setidaknya selama tiga pekan ini, bangun pagi, mandi pagi, sholat dan membuat secangkir sereal. Terus-menerus tiap pagi seperti kaset yang diputar dari side A ke side B. Setidaknya aktivitas itu hanya berlaku saat weekday, saat aku mau tidak mau jam 7 sudah harus ada di suasana sebuah kantor. Ya, suasana yang membuatku hampir tak bisa membayangkan kalau dalam hitungan bulan aku akan bemar-benar ada di situasi ini setiap hari.

Dan sekarang, aktivitas itu nyatanya masih berlaku saat weekend. Aku masih membuat sereal. Bedanya, aku membuatnya untuk menemaniku membaca lembar-lembar terakhir buku ceritaku. Bersantai sejenak saat weekend memang sangat nyaman. Sekarang aku baru tahu kenapa banyak orang yang berkata, ''Thanks God it's friday'' dan akan berkata ''Oh no, monday is coming back''. Penat pekerjaan mungkin membuat mereka benci hari Senin dan mencintai weekend. Ya, mungkin gejala itu yang sedang menjangkitiku..

Berhenti membicarakan hari karena berapapun waktu yang kita punya setiap hari kita akan terus mengeluh kenapa begini dan kenapa begitu. Sudah sunnatullah bahwa manusia adalah makhluk serakah dan tidak pernah puas.

Di sini, aku cuma mau bercerita tentang secangkir sereal yang kubuat pagi ini. Sereal yang entah kenapa terasa sangat enak. Mungkin karena efek lapar dan tak ada makanan selain serealku itu. Secangkir sereal yang mengawali hariku yang longgar. Bermalas-malasan di kamar, membaca cerita, nonton film dan menghabiskan waktu sampai sore sebelum nanti aku membolang ria menyusuri Semarang. Aku suka hari ini, bisikku.

Secangkir sereal ini mengingatkanku pada sebuah cerita. Cerita tentang perasaan dan pengharapan. Cerita yang cukup aku dan Allah yang tahu subjek dan jalan ceritanya. Serpihan dan potongan perasaan yang nyatanya tak pernah hilang, masih tersusun rapi di memoriku. Sedikit mengingat lagi, aku mencari memori itu di tiap teguk serealku. Nyatanya, perasaanku masih sama.

Secangkir sereal dan sepotong pengharapan, perpaduan serasi untuk pagi yang cerah hari ini. Menikmati sereal dan mengingat sepotong cerita lama sudah sukses mengisi pagiku. Dan saat serealku habis maka cerita itu juga kembali harus disimpan. Bukan untuk dibuang tapi disimpan karena mungkin aku akan menikmatinya lagi esok bersama secangkir serealku. Ya selama masih ada pagi untukku dan bayanganmu.


-Sunday Morning in Semarang-

Tuesday 28 June 2011

IRI

Saya sering banget ngerasa "iri" ama temen-temen yang bisa nulis detail dan bagus dalam kerangka serta bisa mendalam maknanya. Jadi pengen terus latihan nulis lagi. Sedikit demi sedikit nulis sebuah cerita yang aku sendiri ga tahu ngalor ngidulnya.

Pengen bisa kayak Tere Liye yang bisa nulis sesuatu lugas, ga banyak kata tapi mengena. Pengen bisa kayak Dewi Lestari yang bisa mengukir perasaan dalam tinta dan menggambarkan kejadian lewat imajinasi. Pengen kayak Salim A. Fillah yang bisa puitis menuliskan kritik tanpa menyakiti hati orang lain. Pengen kayak temenku, si Gita atau Ami yang bisa nulis dalem banget walau kita tak bisa mengukur sebenarnya kesedihan yang dibawa tulisan itu. Pengen pengen pengen...

Aku ini egois dalam tulisan. Aku lebih sering curhat lewat puisi tentang kekesalan tanpa mau berbagi indahnya senang dan manisnya senyum. Jika sedang sedih baru deh muncul tulisan konyol yang agak menghujat. Janji deh mulai sekarang akan lebih sering berbagi kebahagiaan dan senyum dari pada berbagi rasa sedih. Berbagi itu indah apalagi bila yang dibagi itu kegembiraan. Smile,, mulai sekarang yuk menulis untuk berbagi manis dan indahnya bahagia :)

Monday 27 June 2011

SEMARANG, I'M IN LOVE

Berjalan-jalan mengamati sorot lampu dari ketinggian, melihat indahnya Semarang di malam hari. Ya, ini hobi baru saya. Sumpah ya,, kota ini kalo malam kerem banget lampu-lampunya, apalagi kalo ngelihatnya dari ketinggian misal kayak di Jatingaleh sini, Tembalang atau Banyumanik. Sorot lampu kota kerlap kerlip lampu mobil, lampu tower,, kereeen..

Dan sepertinya saya mau kalo penempatan di sini.. amiin :)


Yes, SEMARANG I'm In Love ^^

Thursday 12 May 2011

Muhasabah

Rabbi,, aku meletakkan hidupku di atas takdir yang Kau tuliskan di lauhul mahfudz. Aku menitipkan segenap jiwaku untuk dituntun ke arah sesuatu yang pasti, Qada dan Qadar-Mu. Bahwasanya semua kehidupan di dunia hanya sementara, kelahiran, kematian, rizqi, jodoh semua sudah ditetapkan saat kita ada di alam sebelum oksigen mulai terhirup sempurna. 

Satu syukur terucap karena aku Engkau anugerahi nikmat yang tak disangka berupa IMAN ISLAM. I'm proud to be it! Aku tak harus berlari atau bahkan jatuh bangun mengejar cahaya Islam yang Kau risalahkan pada Nabi-Mu, Rasul kami, Muhammad SAW. Aku bahkan bisa mendengar suara haru adzan saat tangis pertamaku menggema. Alhamdulillah....
Rabbi,, bukan hanya takdirku yang akan aku letakkan hanya kepada-Mu, tapi hatiku, pikirku dan langkahku. Saat ada di persimpangan jalan seperti ini, hanya Engkau yang tahu solusi terbaik untukku. Mereka bilang, "ikuti kata hatimu" tapi hatiku ini tak selamanya benar. Adakalanya tertutup awan kelam sehingga terseret kelabu. Adakalanya hati terbawa nafsu dan terbujuk rayuan setan yang selalu ada menyertaiku. Jadi, tak ada lagi alasan untuk mendustakan keberadaan-Mu. Karena aku butuh Engkau, Ya Allah.. 

Aku lemah,, dan aku payah! Sedikit masalah saja bisa membuatku mundur sampai sejauh ini. Labil!! Sadar Zha,, impian itu tinggi dan harus digapai! Demi siapa? Demi mereka yang selalu menunggumu dengan senyum. Dan yang terpenting demi ridho-Nya! Lakukan selagi bisa, itu masih prinsip kan?

Ah, cengeng!! Bilang saja kau ini lemah, jangan pernah menyalahkan keadaan. Kalau ada yang salah itu pasti dari dirimu. Jika tahu tak akan nyaman ada di sana, jangan pernah mendekat! Karena saat sudah ada di dalamnya kau akan susah keluar. Teori, semua itu teori.. Aku tahu semua. Tapi saat kau menjadi aku, akan sulit dan lemahmu akan bicara.

Sekarang maumu apa Zha? Tak ada.. Aku hanya ingin petunjuk akan di bawa ke mana kakiku melangkah. Bukan untuk memutus atau mencari jalan pintas, tapi mencari jalan yang terbaik buat kaki ini melangkah nyaman di kehidupan. Nyaman bukan berarti semua akan mudah, tidak! Hidup itu perjuangan dan aku sepakat dengan hal itu. Mana ada yang gratis bung. Tengok kiri kananmu.

Rabbi,, jalanku tidaklah panjang, tapi akan terjal, berliku dan mungkin penuh hambatan. Tapi aku yakin, Engkau tidak akan memberi cobaan melebihi kekuatan hamba dan akan selalu ada kemudahan setelah kesulitan selama kita mau berikhtiar dan tawakal. Aku mengakhiri muhasabah ini dengan pinta agar Engkau tunjukkan yang terbaik untuk kaki ini. Bukakan mata dan hatiku untuk bisa melihat mana kebaikan dan mana yang cuma fatamorgana. 

Menjejaklah di tanah yang seharusnya kau jejak dan berdirilah di kaki yang seharusnya menopangmu,,,

Wednesday 4 May 2011

Jangan Ganggu Saya

Masih galau yang teramat galau tentang yang namanya niat. Lillahi ta'ala itu emang susah ditemukan ya? Apalagi dengan posisi aku ga bisa nolak yang seharusnya aku ga mau. Kerjapun akhirnya ga ada semangat dan ga ada cinta di dalamnya.

Sangat benar kalau ada yang bilang, cintailah pekerjaanmu maka semua akan mengalir lancar dan menyenangkan. Kalau dari awal kita uda ga sreg mau ditarik ke manapun garisnya tetep ruwet. Otak kayak punya instruksi sendiri buat bilang ga. Akhirnya ada seribu satu koma sekian-sekian alasan yang jadi pembenaran buat meninggalkan tanggung jawab. Jahat ya? Tapi otak membenarkan..

Sekarang, aku masih perlu waktu buat merenung sendiri dulu. Pengen nempel tulisan JANGAN GANGGU SAYA di depan kamar rasanya.

Wednesday 27 April 2011

PTK... PTK.. PTK...

Info PTK:
Buat teman-teman dan adik-adik yang manis, yang ingin kuliah tapi gak pengen membebani biaya kuliah kepada orang tua, atau tamat kuliah langsung penempatan di Kementerian RI, alternatifnya:

1. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online (4 april s.d. 20 Mei 2011 di www.stis.ac.id). Lokasi kuliah Jakarta

2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id

3. MMTC –  Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo), pendaftaran online (21 Februari s.d. 11 Agustus 2011 di www.mmtc.ac.id). Lokasi kuliah di Yogyakarta

4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara, pendaftaran online diwww.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor

5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemenkes RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu. Info diwww.stks.ac.id 

6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta

7. IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Pendaftaran offline di Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia. Lokasi kuliah Jakarta, Pekanbaru, Manado, Bukittinggi, Makassar.

8. AKIP – Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online di www.depkumham.go.id atau www.ecpns-kemenkumham.go.id Lokasi kuliah di Depok.

9.  STTT – Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di bawah Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Pemerintah Jerman. Pendaftaran offline langsung ke kampus STTT. Info diwww.stttekstil.ac.id Lokasi kuliah di Bandung.

10. AMG – Akademi Meteorologi dan Geofisika di bawah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), info di http://amg.ac.id/ Lokasi kuliah di Bintaro, Tangerang.

11. ATK – Akademi Teknologi Kulit di bawah Departemen Perindustrian RI. Pendaftaran online diwww.atk.ac.id lokasi kuliah di Yogyakarta.

12. STTD – Sekolah Tinggi Transportasi Darat di bawah Kementerian Perhubungan RI. Pendaftaran offline di ATKP Medan Jl. Penerbangan no. 85 Padang Bulan, dan berbagai lokasi lain di Indonesia. Info di www.sttdbekasi.ac.id Lokasi kuliah di Bekasi, Jawa Barat.

13. PTKI Medan- Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan. Nah, yang satu ini juga ikatan dinas, tapi hanya ada di Medan.

14. STAN – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (Rekor MURI) di bawah Kementerian Keuangan RI. Spesialisasi Akuntansi, Pajak, Bea Cukai, PPLN, PBB, dan Kebendaharaan Negara.

Silakan renungi, konsultasikan kepada orangtua, dan perbanyak do’a. Anda yang memilih, Anda yang menentukan. Mari kita songsong masa depan yang lebih baik.

-copas dari note FB Ayuresky Aprilia-

Tuesday 26 April 2011

Mozaik

Mungkin, perlu memutar untuk menemukan kembali jalan ke arahmu..
Seberapa jauh aku pergi, seberapa jauh aku sembunyi
aku tahu, jalan-Nya akan memepertemukan kita
di suatu masa, di suatu zaman
di suatu keadaan!
Mungkin, perlu membeli semua kejujuran untuk menemukanmu..
Bukan untuk bercerita atau berceloteh panjang
Namun untuk tahu mimpi kita sejalan
aku tahu, itu tak akan mudah
tapi aku yakin
kejujuran akan datang!
Ini bukan tentang cinta
Juga bukan romansa cerita masa remaja
Ini tentang hidup
Sebuah mimpi dan rasa
tentang sepercik pengharapan
harapan hidup persahabatan dan cita
tentang mozaik dan kepingan
antara aku dan kamu
Kita...

26 April 2011
-wanna know something- 

Etika, Prinsip dan Tingkah Laku

Etika, Prinsip dan Tingkah Laku.. Busyet dah judulnya ngeri amat yak? Ga usah berkerut-kerut ya keningnya pas baca, ini tulisan ngasal (baca: ga penting) yang jadi curhatan seorang gadis yang tak punya nama untuk didengar. Hanya rangkaian kegelisahanku selama ini melihat, mengamati, mendengar dan mengalami banyak sekali hal di sekelilingku. 

Kata orang (entah orang yang mana) hidup itu mesti imbang, imbang dalam segala-galanya. Dalam pergaulan terutama, yah meskipun, kamu (katanya) seorang yang punya nama, konsep etika dan prinsip harus tetap ada di tingkah laku (pendapat pribadi sih). Bukan karena apa ya, tapi setahu aku yang namanya etika itu ga ada pengecualian kepada siapa dan dengan tittle apa. Yang namanya etika itu melekat di setiap individu. 

Etika itu bukan hanya teori lho. Haduh bener ya, kalau ada yang bilang etika itu hanya tulisan aku pengen jitak tuh orang! Haloo mas atau mbak etika itu ga hanya teori yang cuma ada di buku etika profesi atau KSPK lho! Lebih dari itu etika itu harus diimplementasikan. Mau di bawa ke mana dunia ini kalau udah ga ada yang peduli dengan yang namanya etika atau tata sikap. Meskipun buat anda yang punya tittle dan predikat yang cukup untuk dikatakan "terhormat". Bahkan seorang presiden pun tetap harus ber-etika kan?

Kedua, Prinsip! Setiap orang pasti punya prinsip di hidup mereka. Prinsip setiap orang itu berbeda-beda. Sesuai ma pola hidup dan pemikiran masing-masing orang. Jadi jangan pernah memaksakan prinsip dan gaya hidup kita ke orang lain. Bukannya kenapa, tapi menurut pengalaman pribadi sesuatu yang yang dipaksakan itu pasti berujung pada pemberontakan.

"Eh aku ini gini lho..." "Eh aku ga suka gini lho.." 
 "Eh dia itu gini lho.." "Eh dia kan kemarin ngelakuin ini.."

Hem,, sepertinya kita ga perlu deh menilai tingkah laku orang lain. Sepertinya cukup Allah yang menilai baik atau buruknya sikap manusia. Bukannya apa ya,, tapi pantas ga sih aku yang masih belepotan dan compang-camping kayak gini bilang orang lain lebih salah atau lebih benar?


Eits, kita lagi ga bahas soal itu. Kita lagi bahas soal orang yang "celap-celup" alias plin plan dengan prinsip. Katanya dia ABCDEFG tapi ternyata dibalik itu dia HIJKLMN. Bener-bener bikin yang ngeliat bingung. Katanya kalau di lingkup tertentu dia itu ga mau tapi dibalik itu dia fine fine aja ngelakuin suatu hal. Mbok ya, kalau ga bilang ga, apa susahnya sih Mbak atau Mas?

Sering, bahkan terlalu sering mendengar kata muluk yang berakhir pada ketidak-konsistenan perilaku. Bukan saya ingin mendiskreditkan salah satu pihak atau bagaimana tapi yang namanya etika dan prinsip itu masih perlu lho di tahun 2011 ini. :D

Pernah ni, pengalaman yang ga bakal terlupa saat saya menemui seorang yang (katanya) calon pemimpin yang baik (eits, apa sekarang udah jadi pemimpin gitu) tapi "dia" ga bisa menjaga sikap dan ucapannya. Melontarkan ucapan tanpa melihat subjek dan tempat (apa mentang-mentang di lapangan dan panas yak, jadi ucapan ikut panas juga?). Semenjak itu saya benar-benar berfikir. Apa seperti itu sosok pemimpin? Hei, sikap baik itu ga cuma ditunjukkan pada orang yang anda pimpin lho.. Mentang-mentang aku bukan anak spesialisasi -tuuuuttt.. sensor- :P

Tingkah laku itu cermin dari kesemuanya. Cermin dari etika, cermin dari prinsip dan cermin dari kesemuanya. Ga usah terlalu muluk menetapkan atau men-cap diri kita dengan label tertentu kalau dalam prakteknya kita ga bisa konsekuen dengan semua predikat itu. Malu sama diri sendiri! Malu sama Allah!

Jangan sampai di tengah  prasangka baik orang tapi  dalam kenyataan kita rusak di dalamnya. Buat apa baik di mata manusia... Aku sih lebih milih dicap buruk manusia daripada jelek di mata Sang Pencipta (CMIIW)
Tulisan ini dibuat saat aku mulai mempertanyakan kesemua hal di sekitarku. Maaf bagi pihak-pihak yang merasa tersindir dengan tulisan ini (kayaknya sih bakalan ga ada yang kesindir :P) 
Semoga tulisan ini membawa perbaikan ke depan ya.. (untuk diriku pribadi khususnya)

Sunday 17 April 2011

Kisah Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. 

Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri” 


copas dari : cerita motivasi

Friday 8 April 2011

FB mu HARIMAU-mu

hiyaaaaaaaaaa.. catatan tak penting malam ini saat lagi galau. Harusnya uda tau si kalau tak mau terbakar ya jangan main api! Eh ini malah main-main ma api dalam sekam. Jadi deh kayak gini.. Intinya, think before you click!! Jangan asal pencet-pencet tuts keyboard ama klik-klik mouse!

THINK BEFORE YOU CLICK!!

think about the consequence. Pikirin dampak ke depannya. Jangan hanya berfikir pendek, sapa tau sikap kita itu membawa fitnah buat kita di kemudian hari,, ayo berubah..!!

astaghfirullah,,

Sunday 3 April 2011

SPASI

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat rapi tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.


Dari: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
FILOSOFI KOPI

Apa Kata Dunia?

Cerita ini diambil dari buku The Power of Wisdom halaman 138. Semoga bermanfaat..

Siang itu Lukman Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar. Mereka menunggangi seekor keledai yang tubuhnya belum setegap keledai pengangkut barang. Siapa saja yang melihatnya, mereka akan mengira kaki keledai itu akan patah karena keberatan menggendong dua orang di atasnya. Namun keledai itu masih cukup kuat untuk membawa kedua tuannya itu. Walaupun jalannya begitu pelan dan dapat di susul dengan jalan kaki.Keledai itu berjalan agak tertatih-tatih.

Jalan bebatuan yang dilewati membuatnya berjalan lebih hati-hati. Takut-takut dia terperosok dan pastinya kedua tuannya akan jatuh bersamanya. Di atas punggung keledai itu, Lukman Hakim mengajak anaknya untuk berdzikir kepada Allah. ''Sebutlah Subhanallah sampai pohon itu. Bacalah Alhamdulillah sampai batas sana. Bacalah Allahu akbar sampai orang yang berjalan itu.''

Anaknya mengikuti saja apa yang dikatakan ayahnya. Lukman terus menyuruh anaknya melakukan itu.Sampai akhirnya ada seseorang yang berpapasan dengannya. Dari jauh orang itu sudah melihat kasihan kepada keledai yang berjalan tertatih-tatih itu. Dia pun menatap sinis kepada dua orang yang menungganginya. Setelah semakin dekat, tahulah dia bahwa kedua penungggang keledai itu adalah Lukman Hakim dan anaknya.

''wahai Lukman, tidakkah kau menaruh kasihan melihat keledaimu yang keletihan mendukung kalian berdua? Tak pantas menyiksa keledaii muda ini dengan tubuh kalian.''

Lukman membalasnya dengan sopan. Dia menghentikan keledainya. Lalu mereka berdua turun dari punggung keledai itu. Setelah melihat hal itu, senanglah hati lelaki yang menyapanya tadi. Orang itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya berjalan menggiring keledainya. Lukman masih meminta anaknya mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu akbar.

Orang kedua yang berpapasan dengan mereka melihat dengan sorot mata penuh keheranan. Betapa tidak, mereka ada keledai tapi tidak menungganginya malah memilih berjalan kaki.''Hai Lukman, alangkah anehnya sikap kau ini. Keledai kau biarkan kosong, sedangkan kalian jalan kaki. Alangkah ganjilnya.'' lelaki itupun geleng-geleng kepala.Tanpa berkata-kata Lukman menaikkan anaknya ke punggung keledai itu. Melihat hal itu, lelaki tadi kembali meneruskan perjalanannya. Lukman pun melanjutkan perjalanan sambil menggiring keledai itu.

Tak berapa jauh dia kembali berpapasan dengan seorang lelaki tua yang berjalan agak terbungkuk-bungkuk. Ketika berpapasan dengan mereka, pak tua itu serta merta menyumpahi anaknya.

''Alangkah celakanya kau ini. Kau biarkan orang yang lebih tua dari kau jalan kaki, sedangkan kau duduk enak di punggung keledai. Turunkan anak yang tidak tahu sopan santun itu! Dia lebih layak memegang tali keledai itu.'

'Lukman tak banyak cakap. Dengan sigapdia menurunkan anaknya. Kini dia yang naik ke punggung keledai sedangkan anaknya disuruh menggiring keledai itu. Melihat hal yang demikian senanglah hati pak tua itu. Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya juga melanjutkan perjalanan mereka ke pasar. dari kejauhan sudah tampak keramaian orang. Tak lama lagi mereka sampai.Belum jauh berjalan, mereka berpapasan dengan sejumlah laki-laki. Dilihat dari barang bawaan mereka, tentunya mereka habis berbelanja di pasar.

''Lihatlah sungguh ganjil lelaki yang ada di punggung keledai itu.'' bisik seorang dari mereka kepada yang lain.

''Benar, sepertinya anak kecil yang menggiring keledai itu adalah anak lelaki itu.'' lelaki satu lagi membenarkan apa yang barusan dikatakan temannya.''Tak seharusnya anak sekecil itu menggiring keledai. Bapak macam apa dia itu.

'' lelaki satu lagi membenarkan kedua temannya.Beberapa langkah mereka sudah berpapasan dengan Lukman dan anaknya. Ketiga lelaki itu menunjukkan mimik muka kurang senang dengan sikap Lukman yang demikian. Mereka pun menegur Lukman.''Tidakkah kamu kasihan dengan anak kecil ini?'' tanya salah satu dari ketiga lelaki itu. Pertanyaan lebih tepat untuk menyindir.

Mendengar itu, Lukman langsung turun dari keledainya. Barulah ketiga lelaki itu beranjak dari tapaknya. Lukman merangkul pundak anaknya. Melihat peluh yang membanjiri tubuh anaknya, Lukman memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon rindang yang tak jauh dari jalan itu.

Anak lelakinya itu kebingungan dengan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Dia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Lukman tersenyum mendengar pertanyaan anaknya itu.'

'Begitulah pandangan manusia wahai anakku. Mereka hanya menduga-duga dan menilai apa yang menurut mereka baik. Kalau bertentangan dengan pendapat mereka, serta merta mereka mengatakan buruk. Karena itu janganlah kamu terlalu memperturutkan yang dikatakan manusia kebanyakan. Berpegangteguhlah pada apa yang telah ditetapkan Allah kepada manusia. Karena ketetapan Allah adalah yang terbaik. Sedangkan perkataan manusia adakalanya benar tapi banyak yang tidak benar. Hanya perkataan yang menyadarkan kepada dalil-dalil Allah saja yang benar. Karena kebenaran itu datang dari Allah.''

Setelah merasa lebih sejuk, mereka melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di pasar dan sebuah hikmah telah dipetik oleh anak kecil itu. Apa jadinya kalau kita hanya menurutkan apa kata manusia

Tuesday 29 March 2011

Perhiasan yang Terbaik (Baca: Tercantik)


Lucuuuuuuu,,, itulah kata yang terucap saat dapet kiriman MMS foto di atas dari masku. Pengen meluk tapi ga bisalah kan jaraknya berpuluh-puluh kilometer. sabar.. Ya, Mei nanti pas pulang kan bisa sepuasnya meluk. :)
27 Maret 2011, alhamdulillah Allah menggenapkan nikmat pada keluarga besarku. Masku resmi jadi ayah, Mbakku resmi jadi Ibu, Bapak Ibuku resmi jadi Eyang dan aku resmi jadi tante hahaa.. Bayi mungil ini menggenapkan kebahagiaan kami. Lahir sehat insyaAllah tanpa cacat apapun plus bonus cantik banget. Kalo ga percaya lihat foto di bawah..


Cantik kan??? Rambutnya yang itam lebat bikin ngiri. Idungnya juga.. Ah, nak kau cantik sekali,, tante pengen meluk :)
Dan Bapakku memberi dia nama Perhiasan yang Terbaik (baca: tercantik). Pas banget kan?? Aku bisa pastikan tidak ada yang lebih membahagiakan keluargaku selain titipan dari Allah yang satu ini. Terima kasih ya Allah,, alhamdulillah atas segala anugerah-Mu.

Teriring doa untukmu Dedek cantik,, Husna sayang, semoga jadi anak yang sholihah, membanggakan kedua orang tua dan bisa mengangkat mereka ke surga, bermanfaat bagi semua orang, selalu menjadi lilin penerang bagi sekitar.. Tumbuhlah menjadi seorang gadis yang cantik, cerdas, beriman, sholihah, kebanggaan kami semua.. Dan seperti namamu semoga kau adalah wanita sholihah yang menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia.. amiin

Sunday 27 March 2011

Nge-GEJE Malem-Malem Part II

wanna be....
 
RIGHT PEOPLE IN THE RIGHT TIME AND RIGHT PLACE


and wanna you to be like that!

don't think that every people have the same will like you..
beda tubuh, beda otak, beda pemikiran..
dan pastinya akan ada beda pendapat..

Friday 25 March 2011

KOTAK

Aku masih mematung di tepi pantai ini. Memandang horison langit yang memerah dan akan berganti gelap. Aku masih bisa mengingat senyum simpul itu. Senyum yang tak akan pernah kulupakan. Senyum yang menjadi alasan aku selalu menyempatkan soreku untuknya. Senyum dari seorang yang aku sendiri tak tahu aku membencinya atau sebaliknya. Seingatku, aku lebih dari hormat padanya.
Deburan ombak di pantai ini mengingatkanku pada sore itu saat aku pertama kali melihatnya. Orang yang tak pernah kupandang dan kukenal padahal dia selalu ada di sekitarku. Terkadang memang benar apa kata orang, kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat. Mata dan fikiran kita hanya mencerna apa yang kita kenal. Dan seperti itulah, dulu dia hanya bagian kecil yang tidak penting atau semacam peran figuran yang hanya numpang lewat. Sampai akhirnya, sore itu aku tak sengaja mengenalnya. Aku tak sengaja tahu namanya. Aku tak sengaja melihat senyumnya. Dan aku tak sengaja jatuh hati padanya.
Pikiranku menolak tapi hatiku berkata lain. Terlalu sulit melewatkan senyumnya. Aku sering mengutuki hatiku yang berharap melihat pemilik senyum itu. Walaupun sudah melawan tapi akhirnya aku menyerah. Setiap sore aku mencuri menit dari sang waktu untuk sedikit melihat sosoknya. Hanya untuk memastikan dia baik-baik saja. Tanpa perlu mendekat apalagi menyapanya. Aku tak berani.
Mungkin benar, aku sudah gila. Setiap sore menghentikan waktu, mencuri detik-detik agar bisa melihatnya. Setelah itu barulah aku kembali acuh dan berjalan sebagaimana biasa. Aku tak tahu peranku di potret hidupnya. Mungkin aku hanya figuran yang numpang lewat atau bahkan tak terlihat oleh matanya seperti halnya unidentified object. Dan aku sungguh tak ingin tahu posisiku. Cukup dengan aku melihat senyumnya setiap sore.
Sore itu, aku tahu kalau aku bukan makhluk tak dikenal baginya. Dia tahu namaku. Aku sendiri tak tahu dari siapa dia mengenalku karena aku tak pernah memperkenalkan diriku. Yang penting aku kini tahu bahwa aku bisa jadi figuran yang diingat otaknya bukan sekadar sebagai peran orang lewat yang tak dikenal. Dan entah kenapa sore itu senyumku tak berhenti sampai malam tiba. Dan senyumku membawa nama itu ke dalam perbincangan malamku dengan Tuhan. Di dalam ceritaku pada Tuhan, aku menyematkan cerita tentangnya. Ini pertama kalinya aku berani bercerita pada Tuhan tentangnya. tentang senyumnya. Padahal aku tahu, sangat tahu bahwa tanpa aku bercerita pun Tuhan tahu isi kepala dan hatiku.
Aku pulang saat hari sudah benar-benar gelap. Ibu pasti marah padaku. Seperti kemarin beliau marah saat aku menggosongkan telur goreng buat kakekku. Aku melirik jam tangan, pasti sudah maghrib. Pantai sepi, hanya tinggal bapak-bapak yang sibuk membereskan roda-roda sewaan seperti halnya aku yang sibuk membereskan kepingan ingatanku tentang dia.
Dalam perjalanan pulang kali ini aku benar-benar mengemasi kenangan tentangnya. Memasukkan satu per satu memori ke dalam kotak kecil ini untuk dikunci dan tak pernah dibuka lagi. Tapi, salahkah kalau dalam perjalanan ini aku mau memutar sekali lagi memori itu sebelum semuanya aku relakan pergi. Ah, tak ada salahnya batinku. Pikiranku melayang kembali ke sosoknya. Kata seorang teman dekatku, setiap orang yang bisa melihat pasti tahu sorot mataku untuknya. Tapi benarkah? Padahal aku sudah menutupnya rapat. Tapi memang benar walau aku tak pernah berbincang dengannya, sorot mataku tak bisa berbohong.
Aku takut. Aku semakin takut dengan perasaanku. Aku mencari berbagai cara memperbaiki sikap dan hatiku. Aku tak ingin orang tahu senyumku untuknya. Walau terkadang diriku refleks mencuri pandang padanya. Aku takut dan hanya Tuhan yang tahu betapa takutnya aku. Perasaan ini semakin rumit. Hatiku sakit saat harus bercerita pada Tuhan tentang rasa rakutku. Mungkin Tuhan cemburu akan sikapku, makanya Tuhan memberikan rasa sakit tanpa sebab seperti ini.
Aku berusaha menghindar darinya terus menghindar dan mencoba tak peduli dengan kehadirannya. Susah memang, tapi aku yakin bisa. Aku memunculkan sendiri persepsi buruk tentangnya, bukan maksud menjelekkan tapi aku ingin mengusirnya. Sementara cara ini sangat berhasil. Aku tak lagi memandangnya. Aku tak lagi melihatnya. Aku sudah mulai lupa sosoknya. Tapi ternyata aku salah, rasa itu ternyata menimbun semakin menggunung sampai akhirnya aku tak bisa lagi membedakan nyata dan mimpi. Membedakan kenangan yang nyata dan kenangan yang hanya hidup di ingatanku. Aku pikir kini aku semakin gila.
Bukan ingin menyalahkan, tapi aku benci sore itu. Aku benci kenapa sore itu mempertemukanku dengannya. Dan aku mengutuki mataku yang menangkap senyum simpul itu.
“Kita itu boleh berharap, bagi Allah kan ndak ada suatu hal yang susah tho.” Itu kata seorang temanku. Tapi aku merasa berharap pada kesemuan. Kadang, aku ingin bertanya “adakah aku di mimpimu?” Aku benar-benar seperti orang bodoh yang bertanya pada bayangan di dinding. Dalam sepi aku mengalunkan senandung memanggil nama yang tak bisa digapai. Apalagi menggapai, menyapa saja aku tak mampu. Dan aku masih saja membisikkan cerita pada Tuhan tentang bayangnya.
Aku ingin terlempar dan amnesia hingga semua sosoknya hilang. Meskipun jujur, aku tak pernah lagi melihatnya sekarang. Aku sungguh tak berani melihat sosoknya sekarang. Sungguh.
Sekarang setelah lama aku menghindar darinya, aku ingin membebaskan semuanya. Aku ingin mengemasi semuanya. Setelah ini tak ada lagi ceritaku pada Tuhan tentangnya. Aku tahu Tuhan pasti bosan mendengar keluh kesahku tentangnya. Mulai saat ini, malam-malamku akan menjadi milik Tuhan seutuhnya tanpa ada curhat colongan tentang senyumnya.
Aku akan membuang jauh sosok itu. Aku tak mau membuka lagi kotak kecil berisi senyum simpul itu. Aku takut jatuh dari mimpi. Terlebih lagi, aku takut kalau hatiku jatuh lagi. Dalam perjalanan pulang ini, aku meninggalkan kotak ini di pantai. Aku tak akan mengambilnya. Biar ombak menyeretnya pergi jauh, sejauh mungkin hingga tak ada yang menemukan kotak berisi senyum simpul itu.
“Sekarang, tak akan ada simpul dan senandung untukmu. Kotak ini akan membawa senyum itu pergi. Selamanya..”


25 Maret 2011
Di inspirasi oleh lagu Simfoni Hitam - Sherina
cerita ini hanya fiktif belaka, kalau ada persamaan murni kebetulan balaka.

Thursday 24 March 2011

Simfoni Hitam



Tlah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku,,
tapi mengapa ku tak kan bisa sentuh hatimu...

Monday 21 March 2011

Catatan Kecil, Kecil Bagi Mereka Tapi Amazing Bagiku

Catatan kecil ini diambil dari seorang kawan bernama Inna Sitzu Khainna  yang berada di Jepang untuk belajar di negeri Sakura. Terima kasih telah berbagi...

[pasca-gempa+tsunami 11/3/11] another story about queuing


Beberapa hari belakangan, sejak gempa besar mengguncang Jepang hari Jum'at pekan lalu, disusul dengan tsunami di wilayah pantai Timur Laut, gambar antrian panjang di mana-mana menghiasi berita di tivi. Antrian panjang untuk menerima pembagian makanan kecil yang ga seberapa di supermarket yang juga sempat kemasukan air laut. Antrian panjang untuk mengambil jatah air bersih di tempat pengungsian. Antrian panjang untuk memakai telepon umum demi mengabari keluarga di rumah karena HP ga berfungsi setelah gempa. Antrian panjang di depan stasiun menunggu giliran naik kereta yang jadwalnya berkurang karena pemadaman bergilir. Dan untuk yang terakhir, 'panjang' saja ga cukup. Harusnya saya tulis 'panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang'. Hebatnya ga ada satupun yang mendorong orang di depannya atau yang berusaha menyelak yang bisa berujung kerusuhan. Minna issho dakara, semuanya juga sama-sama (susah). Semuanya berpikir gilirannya pasti tiba, jadi mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan bermain game di HP atau baca buku atau mendengarkan musik atau sekedar mengobrol kalau kebetulan bersama kenalan. Dalam membuat antrian juga mereka masih punya etika, mengambil tempat seperlunya dan menyisakan tempat untuk orang lain yang lewat.

Kekaguman orang asing soal ketertiban orang Jepang dalam mengantri ini sampai masuk ke salah satu media cetak di Cina. Ceritanya waktu kejadian transportasi di Tokyo diberhentikan total setelah gempa besar hari Jum'at. Orang-orang duduk di tangga bagian pinggir, ga ada satu pun yang duduk di bagian tengah. Secara alami mereka berpikir jangan sampai mengganggu/merepotkan orang lain. Jama shinai you ni, istilahnya. Komentar sang pembawa berita, "Bagi kita (orang Jepang) sesuatu yang sudah seharusnya (dan biasa), bagi orang asing ternyata sesuatu yang luar biasa. Bisa jadi mereka dapat sesuatu pelajaran dari kita." Saya jadi teringat orang-orang yang duduk di tangga menuju lantai bawah tanah di Terminal Bus Blok M meski bukan dalam rangka mengantri apa pun. Sampai perlu bilang permisi supaya saya diberi jalan lewat. Kalaupun ada jalan sedikit, malah saya yang harus minggir-minggir.

"shimpai shinaide kudasai.."



How well mannered Japanese are.

--mutiara s北海道大学,--

Aku berdecak kagum,, Jepang,, semakin aku pengen ke sana. Allah, mudahkan jalanku, semoga masih ada waktu amiin ^^

Sunday 20 March 2011

Impian Sakura


Aku punya mimpi dan sudah kutulis sejak aku SMA dulu, AKU MAU KE NEGERI SAKURA! Dan karena itulah selepas SMA aku mengejar beasiswa Mombukagakusho meskipun akhirnya harus mengakui bahwa pergi ke negara asal Doraemon ini sangat sulit. Melepas mimpi sesaat dan terdampar di Bintaro bergelut dengan pajak. Tapi, mimpi itu masih ada. Masih tertulis rapi dan terekam jelas di otakku. aku ingin ke sana, ingin belajar di sana, ingin tinggal di sana. Sakura, Jepang, bagiku suatu kebahagiaan bisa berdiri di sana. 
Aku sering melihat dari TV maupun internet betapa rapinya kotamu, bersih dan teratur. Negara kepulauan dengan 4 musim yang indah, saljumu, guguran daun-daun aku ingin melihatnya. Kedisiplinan warga-wargamu, aku ingin menyaksikan langsung. Dan sekarang mimpi itu seakan mendarah daging, aku ingin S2 di sana.

Kemarin, 11 Maret 2011 bencana itu datang.. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.. Gempa 8,8 SR dan tsunami menghancurkan kotamu. aku merinding melihat video amatir yang banyak ditayangkan di TV, seperti yang ini:

astaghfirullah,, betapa Maha Dahsyatnya Allah SWT. Air laut yang bisa menyeret apa saja yang ada sampai ke bangunan besar sekalipun. Subhanallah.

Setelah tsunami yang menyisakan duka mendalam, Jepang lumpuh. Kereta listrik yang menjadi sarana transportasi utama banyak yang tidak bisa beroperasi. Belum lagi bayang-bayang mimpi buruk tentang PLTN yang masih aktif dan terkena dampak gempa. Dan benar saja, dalam hitungan hari mimpi itu benar-benar jadi kenyataan. Reaktor 4 Fukushima meledak. Seolah tak mau mengulang masa lalu dari kejadian chernobyl, semua mata dunia menyorot ke Jepang. Bahkan Amerika pun ikut waspada kalau kalau terjadi kemungkinan terburuk. Bahaya radiasinya semakin hari semakin membayakan. Untungnya, Jepang negara maju yang siap menghadapi keadaan sulit. Akan tetapi, sesiap apapun, akhirnya satu kata terucap, Jepang collapse!

Jepang, aku dan impian Sakura... Bagaimanapun juga, aku masih jatuh cinta pada Jepang walaupun keadaannya sekarang memprihatinkan. Aku masih menyimpan impian ke sana, belajar di sana, menikmati elok alamnya. Impian Sakura, ya aku pasti bisa ke sana suatu hari nanti. Mungkin di saat ekonomimu kembali kokoh dan semua cobaan ini sudah kau lalui. Aku akan ke Negeri Sakura!

Friday 18 March 2011

Cerita Jalanan


Aku mengenalnya lebih dari orang yang lewat setiap hari di jalan itu. Aku mengenalnya lebih dari seorang kawan yang mungkin tak ia punya sekarang. Aku mengenalnya, aku mengenal sosok tua itu. Tangannya sudah tak sekuat dulu, nampak garis keriput di pipinya. Kakinya pun mungkin sudah tak kuat menempuh jarak puluhan kilo yang dulu sering ditempuhnya setiap hari. Aku mematung memandangnya. Pak Tua yang sama yang kulihat beberapa tahun lalu.
Aku tahu, di tengah keterbatasannya dia mungkin bisa meminta-minta belas kasihan orang lain. Tapi baginya, bukan hidupnya kalau harus menengadahkan tangan ke setiap orang yang lalu lalang di depannya. Walau kadang, bagiku itu terlalu egois. Aku yakin, perutnya sudah berdemo sedari tadi untuk mendapat makan. Sosok tua itu tetap di sana, memandang langit luas. Entah apa yang dia bicarakan dengan langit, atau mungkin dengan Tuhan. Diskusi itu hanya untuknya dan Tuhan, bukan untukku yang hanya lalu baginya.
Pernah kumelihatnya begitu gembira dengan sapu di tangannya. Hari itu, dia dipercaya sebagai tukang sapu trotoar. Pagi buta dia sudah menenteng sapu dan pengkinya. Berjalan menyisir trotoar. Dia bersihkan tiap sudut jalan sampai tak ada lagi kotoran di sana. Hanya dalam hitungan jam sampah kembali menumpuk. Dia dengan senang hati menyapu lagi, membersihkan tiap jengkal trotoar. Aku membaca wajah bahagia di raut wajahnya. Mungkin karena sebentar lagi akan ada uang untuk membeli sesuap nasi. Atau mungkin karena dia mencintai jalan ini.
Tapi semua itu tak lama. Dia kehilangan pekerjaan. Bukan hanya pekerjaan, tapi dia kehilangan hidupnya. Seseorang menggantikan pekerjaannya. Dia masih muda dan konon dia kerabat kepala kebersihan di sana. Ironis!
Hampir setengah usiaku di habiskannya di jalanan. Aku yakin, pasti bukan seperti ini hidup yang dia mau. Di dalam hatinya mungkin ada mimpi tentang hangatnya sebuah rumah dan keluarga. Dua hal yang mungkin tak ia miliki sekarang. Tapi, dia sungguh sosok dengan hati seluas samudra. Baginya, jalan adalah rumahnya, langit luas adalah atap dan emperan toko adalah alas tidurnya. Keluarga? Tentu dia punya. Gerombolan anak jalan yang biasa mengamen dan mengemis di jalanan adalah keluarganya. Dalam pikirnya, Tuhan selalu adil dalam takdir. Tak ada yang salah dengan hidupnya. Dia sangat beruntung di semua hal.
Tak dipungkiri, aku mengaguminya. Sosok itu memberi perlindungan pada anak-anak jalanan meskipun dia sendiri butuh sandaran. Dia membagi makanan bahkan rela tak makan demi keluarga yang dia punya sekarang. Aku kadang mengutuki kejamnya jalanan yang menyisakan sengsara untuk orang sepertinya. Tapi lagi-lagi bukannya dia memusuhi jalanan, dia berterima kasih pada jalanan. Jalanan memberinya rumah dan keluarga.
Mungkin dia sudah lupa kalau jalan yang sudah merampas hidupnya. Merebut rumahnya dan membuat satu per satu keluarganya hilang. Kala itu, pelebaran jalan menjadi alasan dia harus merelakan rumah peninggalan keluarganya. Harta satu-satunya yang dia punya. Apa hendak dikata, daripada ribut dengan pasukan berseragam yang menenteng gelar satpol PP. Siang itu penggusuran itu terjadi. Dia hanya bisa pasrah melihat rumah tempat di mana dia dibesarkan atau bahkan mungkin dilahirkan dirobohkan paksa.
Janji pemerintah pun tinggal kenangan. Alih-alih menerima uang ganti rugi atas rumahnya, rumah tinggal sementara pun tak kunjung ada. Beberapa orang yang bernasib sama sudah enggan menanti ketidakpastian. Satu per satu mereka pergi. Meninggalkan kota yang semakin garang ini. Sedangkan dia masih bertahan. Dia percaya masih ada kemurahan dari pemimpin yang dia pilih semasa pemilu. Tapi apa daya, balasan bagi seseorang yang tidak punya pangkat adalah sama, tidak didengar.
Perlahan orang yang dia kenal sebagai keluarga meninggalkannya. Istri, anak, menantu dan cucu semua pergi. Mungkin mereka tak tahan hidup di jalan tanpa kepastian dan uang. Mereka mengutukinya bahkan memaki hidup yang dia punya sekarang. Dia terpuruk.
Dia bertahan hidup dengan segala apa yang dia punya. Memulai hidup baru dengan jalan sebagai rumahnya. Kini aku tahu dia sangat menyukai tiap jengkal jalan ini karena jalan ini dulu adalah rumahnya. Tempat dia tertawa, gembira dan bersuka. Andai saja kebijakan pelebaran jalan itu tak pernah ada, mungkin akan lain jalan ceritanya. Tapi Tuhan bukan menciptakan takdir tanpa maksud. Aku melihat jalanan membentuk Pak Tua menjadi sangat bijaksana jauh dari sosoknya dulu yang tak suka berderma.
Aku melihatnya lebih dari sekadar aksesoris jalanan. Aku melihatnya sebagai sosok tegar dan bijaksana. Satu demi satu peluh keringatnya membuktikan dia tak pernah menyerah dengan takdir. Dia masih melawan jalanan. Dia tak pernah menyerahkan dirinya pada jalanan. Dia membawa keyakinannya hanya pada Tuhan. Tuhan selalu adil, begitu keyakinannya. Dia juga masih percaya pada pemerintah. Walaupun banyak ketidakadilan yang dia kecap dari kebijakan orang-orang yang duduk di sana. Dia masih percaya bahwa suatu saat pemerintah ingat akan janjinya. Meskipun dia tahu jumlah mahasiswa yang turun ke jalan menentang kebijakan pemerintah semakin banyak. Meskipun dia tahu harga kebutuhan yang terus menanjak akibat permainan politik para penguasa. Dia tahu tapi dia selalu percaya. Percaya kalau Tuhan selalu adil. Dan aku percaya Tuhan sayang padanya.
Pagi ini aku tak akan lagi melihatnya di jalan ini. Tak akan lagi ada sosok Bapak Tua yang kulihat berdialog dengan langit. Tak akan lagi ada sosok yang berbagi makan dengan bocah-bocah pengamen dan pengemis jalanan itu. Dia sudah pergi kemarin. Bukan karena dia sudah muak dengan jalan ini. Dia pulang ke tempat seharusnya dia berada. Tempat yang akan membawa damai untuknya.
Tuhan memang benar-benar menyayanginya. Dia memberinya hidup yang lebih abadi di sisi-Nya. Kemarin, jalanan mengantarkannya pulang. Sebuah metromini oleng dan menghantam tubuh tuanya. Tak ada tangis sedih di sana. Hanya ada beberapa orang yang melintas dan menggumam bagaimana kejadiannya lalu pergi. Mereka lebih tertarik mengobrolkan tentang kecelakaan itu dari pada nasib sosok tua yang penuh darah itu. Jenazahnya pun tak jelas terkubur di mana. Bisa jadi tergeletak di kamar mayat rumah sakit dan siap jadi bahan percobaan para calon dokter.
Meskipun demikian, aku tetap yakin Tuhan menyayanginya. Tuhan tak pernah melihat orang dari bagaimana dia mati. Tuhan lebih perduli bagaimana seseorang menghabiskan masa hidupnya. Mungkin dia tak pernah memberi sumbangan atau berderma seperti yang orang lain kerjakan. Tapi dialog-dialog kecilnya dengan Tuhan selalu mengisi langkahnya. Dan kini, diskusi panjangnya di tengah-tengah malam terjawab. Tuhan memberinya hidup yang lebih baik dan tenang. Jauh dari gemuruh dan asap polusi jalan. Tuhan selalu memperdulikannya seperti aku, tong sampah jalanan yang tak akan lupa dengan ceritanya.
  

Rabu, 2 Maret 2011         
17:12 WIB
Atap rumah dengan naungan mendung dan angin semilir