Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Wednesday 27 April 2011

PTK... PTK.. PTK...

Info PTK:
Buat teman-teman dan adik-adik yang manis, yang ingin kuliah tapi gak pengen membebani biaya kuliah kepada orang tua, atau tamat kuliah langsung penempatan di Kementerian RI, alternatifnya:

1. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online (4 april s.d. 20 Mei 2011 di www.stis.ac.id). Lokasi kuliah Jakarta

2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id

3. MMTC –  Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo), pendaftaran online (21 Februari s.d. 11 Agustus 2011 di www.mmtc.ac.id). Lokasi kuliah di Yogyakarta

4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara, pendaftaran online diwww.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor

5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemenkes RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu. Info diwww.stks.ac.id 

6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta

7. IPDN – Institut Pemerintahan Dalam Negeri di bawah Kementerian Dalam Negeri RI. Pendaftaran offline di Bagian Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota seluruh Indonesia. Lokasi kuliah Jakarta, Pekanbaru, Manado, Bukittinggi, Makassar.

8. AKIP – Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran online di www.depkumham.go.id atau www.ecpns-kemenkumham.go.id Lokasi kuliah di Depok.

9.  STTT – Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil di bawah Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Pemerintah Jerman. Pendaftaran offline langsung ke kampus STTT. Info diwww.stttekstil.ac.id Lokasi kuliah di Bandung.

10. AMG – Akademi Meteorologi dan Geofisika di bawah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), info di http://amg.ac.id/ Lokasi kuliah di Bintaro, Tangerang.

11. ATK – Akademi Teknologi Kulit di bawah Departemen Perindustrian RI. Pendaftaran online diwww.atk.ac.id lokasi kuliah di Yogyakarta.

12. STTD – Sekolah Tinggi Transportasi Darat di bawah Kementerian Perhubungan RI. Pendaftaran offline di ATKP Medan Jl. Penerbangan no. 85 Padang Bulan, dan berbagai lokasi lain di Indonesia. Info di www.sttdbekasi.ac.id Lokasi kuliah di Bekasi, Jawa Barat.

13. PTKI Medan- Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan. Nah, yang satu ini juga ikatan dinas, tapi hanya ada di Medan.

14. STAN – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (Rekor MURI) di bawah Kementerian Keuangan RI. Spesialisasi Akuntansi, Pajak, Bea Cukai, PPLN, PBB, dan Kebendaharaan Negara.

Silakan renungi, konsultasikan kepada orangtua, dan perbanyak do’a. Anda yang memilih, Anda yang menentukan. Mari kita songsong masa depan yang lebih baik.

-copas dari note FB Ayuresky Aprilia-

Tuesday 26 April 2011

Mozaik

Mungkin, perlu memutar untuk menemukan kembali jalan ke arahmu..
Seberapa jauh aku pergi, seberapa jauh aku sembunyi
aku tahu, jalan-Nya akan memepertemukan kita
di suatu masa, di suatu zaman
di suatu keadaan!
Mungkin, perlu membeli semua kejujuran untuk menemukanmu..
Bukan untuk bercerita atau berceloteh panjang
Namun untuk tahu mimpi kita sejalan
aku tahu, itu tak akan mudah
tapi aku yakin
kejujuran akan datang!
Ini bukan tentang cinta
Juga bukan romansa cerita masa remaja
Ini tentang hidup
Sebuah mimpi dan rasa
tentang sepercik pengharapan
harapan hidup persahabatan dan cita
tentang mozaik dan kepingan
antara aku dan kamu
Kita...

26 April 2011
-wanna know something- 

Etika, Prinsip dan Tingkah Laku

Etika, Prinsip dan Tingkah Laku.. Busyet dah judulnya ngeri amat yak? Ga usah berkerut-kerut ya keningnya pas baca, ini tulisan ngasal (baca: ga penting) yang jadi curhatan seorang gadis yang tak punya nama untuk didengar. Hanya rangkaian kegelisahanku selama ini melihat, mengamati, mendengar dan mengalami banyak sekali hal di sekelilingku. 

Kata orang (entah orang yang mana) hidup itu mesti imbang, imbang dalam segala-galanya. Dalam pergaulan terutama, yah meskipun, kamu (katanya) seorang yang punya nama, konsep etika dan prinsip harus tetap ada di tingkah laku (pendapat pribadi sih). Bukan karena apa ya, tapi setahu aku yang namanya etika itu ga ada pengecualian kepada siapa dan dengan tittle apa. Yang namanya etika itu melekat di setiap individu. 

Etika itu bukan hanya teori lho. Haduh bener ya, kalau ada yang bilang etika itu hanya tulisan aku pengen jitak tuh orang! Haloo mas atau mbak etika itu ga hanya teori yang cuma ada di buku etika profesi atau KSPK lho! Lebih dari itu etika itu harus diimplementasikan. Mau di bawa ke mana dunia ini kalau udah ga ada yang peduli dengan yang namanya etika atau tata sikap. Meskipun buat anda yang punya tittle dan predikat yang cukup untuk dikatakan "terhormat". Bahkan seorang presiden pun tetap harus ber-etika kan?

Kedua, Prinsip! Setiap orang pasti punya prinsip di hidup mereka. Prinsip setiap orang itu berbeda-beda. Sesuai ma pola hidup dan pemikiran masing-masing orang. Jadi jangan pernah memaksakan prinsip dan gaya hidup kita ke orang lain. Bukannya kenapa, tapi menurut pengalaman pribadi sesuatu yang yang dipaksakan itu pasti berujung pada pemberontakan.

"Eh aku ini gini lho..." "Eh aku ga suka gini lho.." 
 "Eh dia itu gini lho.." "Eh dia kan kemarin ngelakuin ini.."

Hem,, sepertinya kita ga perlu deh menilai tingkah laku orang lain. Sepertinya cukup Allah yang menilai baik atau buruknya sikap manusia. Bukannya apa ya,, tapi pantas ga sih aku yang masih belepotan dan compang-camping kayak gini bilang orang lain lebih salah atau lebih benar?


Eits, kita lagi ga bahas soal itu. Kita lagi bahas soal orang yang "celap-celup" alias plin plan dengan prinsip. Katanya dia ABCDEFG tapi ternyata dibalik itu dia HIJKLMN. Bener-bener bikin yang ngeliat bingung. Katanya kalau di lingkup tertentu dia itu ga mau tapi dibalik itu dia fine fine aja ngelakuin suatu hal. Mbok ya, kalau ga bilang ga, apa susahnya sih Mbak atau Mas?

Sering, bahkan terlalu sering mendengar kata muluk yang berakhir pada ketidak-konsistenan perilaku. Bukan saya ingin mendiskreditkan salah satu pihak atau bagaimana tapi yang namanya etika dan prinsip itu masih perlu lho di tahun 2011 ini. :D

Pernah ni, pengalaman yang ga bakal terlupa saat saya menemui seorang yang (katanya) calon pemimpin yang baik (eits, apa sekarang udah jadi pemimpin gitu) tapi "dia" ga bisa menjaga sikap dan ucapannya. Melontarkan ucapan tanpa melihat subjek dan tempat (apa mentang-mentang di lapangan dan panas yak, jadi ucapan ikut panas juga?). Semenjak itu saya benar-benar berfikir. Apa seperti itu sosok pemimpin? Hei, sikap baik itu ga cuma ditunjukkan pada orang yang anda pimpin lho.. Mentang-mentang aku bukan anak spesialisasi -tuuuuttt.. sensor- :P

Tingkah laku itu cermin dari kesemuanya. Cermin dari etika, cermin dari prinsip dan cermin dari kesemuanya. Ga usah terlalu muluk menetapkan atau men-cap diri kita dengan label tertentu kalau dalam prakteknya kita ga bisa konsekuen dengan semua predikat itu. Malu sama diri sendiri! Malu sama Allah!

Jangan sampai di tengah  prasangka baik orang tapi  dalam kenyataan kita rusak di dalamnya. Buat apa baik di mata manusia... Aku sih lebih milih dicap buruk manusia daripada jelek di mata Sang Pencipta (CMIIW)
Tulisan ini dibuat saat aku mulai mempertanyakan kesemua hal di sekitarku. Maaf bagi pihak-pihak yang merasa tersindir dengan tulisan ini (kayaknya sih bakalan ga ada yang kesindir :P) 
Semoga tulisan ini membawa perbaikan ke depan ya.. (untuk diriku pribadi khususnya)

Sunday 17 April 2011

Kisah Wortel, Telur dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. 

Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri” 


copas dari : cerita motivasi

Friday 8 April 2011

FB mu HARIMAU-mu

hiyaaaaaaaaaa.. catatan tak penting malam ini saat lagi galau. Harusnya uda tau si kalau tak mau terbakar ya jangan main api! Eh ini malah main-main ma api dalam sekam. Jadi deh kayak gini.. Intinya, think before you click!! Jangan asal pencet-pencet tuts keyboard ama klik-klik mouse!

THINK BEFORE YOU CLICK!!

think about the consequence. Pikirin dampak ke depannya. Jangan hanya berfikir pendek, sapa tau sikap kita itu membawa fitnah buat kita di kemudian hari,, ayo berubah..!!

astaghfirullah,,

Sunday 3 April 2011

SPASI

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat rapi tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.


Dari: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
FILOSOFI KOPI

Apa Kata Dunia?

Cerita ini diambil dari buku The Power of Wisdom halaman 138. Semoga bermanfaat..

Siang itu Lukman Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar. Mereka menunggangi seekor keledai yang tubuhnya belum setegap keledai pengangkut barang. Siapa saja yang melihatnya, mereka akan mengira kaki keledai itu akan patah karena keberatan menggendong dua orang di atasnya. Namun keledai itu masih cukup kuat untuk membawa kedua tuannya itu. Walaupun jalannya begitu pelan dan dapat di susul dengan jalan kaki.Keledai itu berjalan agak tertatih-tatih.

Jalan bebatuan yang dilewati membuatnya berjalan lebih hati-hati. Takut-takut dia terperosok dan pastinya kedua tuannya akan jatuh bersamanya. Di atas punggung keledai itu, Lukman Hakim mengajak anaknya untuk berdzikir kepada Allah. ''Sebutlah Subhanallah sampai pohon itu. Bacalah Alhamdulillah sampai batas sana. Bacalah Allahu akbar sampai orang yang berjalan itu.''

Anaknya mengikuti saja apa yang dikatakan ayahnya. Lukman terus menyuruh anaknya melakukan itu.Sampai akhirnya ada seseorang yang berpapasan dengannya. Dari jauh orang itu sudah melihat kasihan kepada keledai yang berjalan tertatih-tatih itu. Dia pun menatap sinis kepada dua orang yang menungganginya. Setelah semakin dekat, tahulah dia bahwa kedua penungggang keledai itu adalah Lukman Hakim dan anaknya.

''wahai Lukman, tidakkah kau menaruh kasihan melihat keledaimu yang keletihan mendukung kalian berdua? Tak pantas menyiksa keledaii muda ini dengan tubuh kalian.''

Lukman membalasnya dengan sopan. Dia menghentikan keledainya. Lalu mereka berdua turun dari punggung keledai itu. Setelah melihat hal itu, senanglah hati lelaki yang menyapanya tadi. Orang itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya berjalan menggiring keledainya. Lukman masih meminta anaknya mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu akbar.

Orang kedua yang berpapasan dengan mereka melihat dengan sorot mata penuh keheranan. Betapa tidak, mereka ada keledai tapi tidak menungganginya malah memilih berjalan kaki.''Hai Lukman, alangkah anehnya sikap kau ini. Keledai kau biarkan kosong, sedangkan kalian jalan kaki. Alangkah ganjilnya.'' lelaki itupun geleng-geleng kepala.Tanpa berkata-kata Lukman menaikkan anaknya ke punggung keledai itu. Melihat hal itu, lelaki tadi kembali meneruskan perjalanannya. Lukman pun melanjutkan perjalanan sambil menggiring keledai itu.

Tak berapa jauh dia kembali berpapasan dengan seorang lelaki tua yang berjalan agak terbungkuk-bungkuk. Ketika berpapasan dengan mereka, pak tua itu serta merta menyumpahi anaknya.

''Alangkah celakanya kau ini. Kau biarkan orang yang lebih tua dari kau jalan kaki, sedangkan kau duduk enak di punggung keledai. Turunkan anak yang tidak tahu sopan santun itu! Dia lebih layak memegang tali keledai itu.'

'Lukman tak banyak cakap. Dengan sigapdia menurunkan anaknya. Kini dia yang naik ke punggung keledai sedangkan anaknya disuruh menggiring keledai itu. Melihat hal yang demikian senanglah hati pak tua itu. Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya juga melanjutkan perjalanan mereka ke pasar. dari kejauhan sudah tampak keramaian orang. Tak lama lagi mereka sampai.Belum jauh berjalan, mereka berpapasan dengan sejumlah laki-laki. Dilihat dari barang bawaan mereka, tentunya mereka habis berbelanja di pasar.

''Lihatlah sungguh ganjil lelaki yang ada di punggung keledai itu.'' bisik seorang dari mereka kepada yang lain.

''Benar, sepertinya anak kecil yang menggiring keledai itu adalah anak lelaki itu.'' lelaki satu lagi membenarkan apa yang barusan dikatakan temannya.''Tak seharusnya anak sekecil itu menggiring keledai. Bapak macam apa dia itu.

'' lelaki satu lagi membenarkan kedua temannya.Beberapa langkah mereka sudah berpapasan dengan Lukman dan anaknya. Ketiga lelaki itu menunjukkan mimik muka kurang senang dengan sikap Lukman yang demikian. Mereka pun menegur Lukman.''Tidakkah kamu kasihan dengan anak kecil ini?'' tanya salah satu dari ketiga lelaki itu. Pertanyaan lebih tepat untuk menyindir.

Mendengar itu, Lukman langsung turun dari keledainya. Barulah ketiga lelaki itu beranjak dari tapaknya. Lukman merangkul pundak anaknya. Melihat peluh yang membanjiri tubuh anaknya, Lukman memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon rindang yang tak jauh dari jalan itu.

Anak lelakinya itu kebingungan dengan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Dia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Lukman tersenyum mendengar pertanyaan anaknya itu.'

'Begitulah pandangan manusia wahai anakku. Mereka hanya menduga-duga dan menilai apa yang menurut mereka baik. Kalau bertentangan dengan pendapat mereka, serta merta mereka mengatakan buruk. Karena itu janganlah kamu terlalu memperturutkan yang dikatakan manusia kebanyakan. Berpegangteguhlah pada apa yang telah ditetapkan Allah kepada manusia. Karena ketetapan Allah adalah yang terbaik. Sedangkan perkataan manusia adakalanya benar tapi banyak yang tidak benar. Hanya perkataan yang menyadarkan kepada dalil-dalil Allah saja yang benar. Karena kebenaran itu datang dari Allah.''

Setelah merasa lebih sejuk, mereka melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di pasar dan sebuah hikmah telah dipetik oleh anak kecil itu. Apa jadinya kalau kita hanya menurutkan apa kata manusia