Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Sunday 10 July 2011

Secangkir Sereal dan Sepotong Pengharapan

Pagi selalu mengawali harinya dengan matahari sedangkan aku mengawali hari jauh sebelumnya. Ya, setidaknya selama tiga pekan ini, bangun pagi, mandi pagi, sholat dan membuat secangkir sereal. Terus-menerus tiap pagi seperti kaset yang diputar dari side A ke side B. Setidaknya aktivitas itu hanya berlaku saat weekday, saat aku mau tidak mau jam 7 sudah harus ada di suasana sebuah kantor. Ya, suasana yang membuatku hampir tak bisa membayangkan kalau dalam hitungan bulan aku akan bemar-benar ada di situasi ini setiap hari.

Dan sekarang, aktivitas itu nyatanya masih berlaku saat weekend. Aku masih membuat sereal. Bedanya, aku membuatnya untuk menemaniku membaca lembar-lembar terakhir buku ceritaku. Bersantai sejenak saat weekend memang sangat nyaman. Sekarang aku baru tahu kenapa banyak orang yang berkata, ''Thanks God it's friday'' dan akan berkata ''Oh no, monday is coming back''. Penat pekerjaan mungkin membuat mereka benci hari Senin dan mencintai weekend. Ya, mungkin gejala itu yang sedang menjangkitiku..

Berhenti membicarakan hari karena berapapun waktu yang kita punya setiap hari kita akan terus mengeluh kenapa begini dan kenapa begitu. Sudah sunnatullah bahwa manusia adalah makhluk serakah dan tidak pernah puas.

Di sini, aku cuma mau bercerita tentang secangkir sereal yang kubuat pagi ini. Sereal yang entah kenapa terasa sangat enak. Mungkin karena efek lapar dan tak ada makanan selain serealku itu. Secangkir sereal yang mengawali hariku yang longgar. Bermalas-malasan di kamar, membaca cerita, nonton film dan menghabiskan waktu sampai sore sebelum nanti aku membolang ria menyusuri Semarang. Aku suka hari ini, bisikku.

Secangkir sereal ini mengingatkanku pada sebuah cerita. Cerita tentang perasaan dan pengharapan. Cerita yang cukup aku dan Allah yang tahu subjek dan jalan ceritanya. Serpihan dan potongan perasaan yang nyatanya tak pernah hilang, masih tersusun rapi di memoriku. Sedikit mengingat lagi, aku mencari memori itu di tiap teguk serealku. Nyatanya, perasaanku masih sama.

Secangkir sereal dan sepotong pengharapan, perpaduan serasi untuk pagi yang cerah hari ini. Menikmati sereal dan mengingat sepotong cerita lama sudah sukses mengisi pagiku. Dan saat serealku habis maka cerita itu juga kembali harus disimpan. Bukan untuk dibuang tapi disimpan karena mungkin aku akan menikmatinya lagi esok bersama secangkir serealku. Ya selama masih ada pagi untukku dan bayanganmu.


-Sunday Morning in Semarang-

2 comments:

heri said...

enak ni, minta dong

Ny. Auliya said...

cerita lama yang sudah harus di buang..