Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Tuesday 12 June 2012

Tentang Anak Zaman Saya dan Sekarang...

Saya selalu terpesona dengan cerita atau dongeng anak kecil. Mulai dari dongeng klasik Kancil Nyolong Timun, Ande Ande Lumut sampe dongeng internasional ala Cinderella, Snow White, Aladin dan lain-lain. Ada nuansa magis saat membaca atau menonton animasi cerita-cerita itu. Suka, sukaaaa sekali! Mungkin karena cerita-cerita itu yang menghiasi masa kanak-kanak saya. Mencetak saya jadi pemimpi yang sempurna yang selalu percaya bahwa akhir dari suatu cerita itu menyenangkan. Happy ending story

Dulu, waktu zaman saya kecil, tidak perlu jadi orang kaya untuk menikmati dongeng-dongeng itu. Ada TV yang selalu memutar serial kartun atau film animasi seminggu sekali. Itulah sebabnya, dulu hari Minggu adalah hari sakral yang tidak bisa diganggu gugat. Hari menonton TV dengan sajian film-film anak yang memanjakan mata dari subuh sampe sore. Sayangnya anak-anak zaman sekarang tidak menikmati masa-masa itu. Menurut saya, TV zaman sekarang itu pelit dengan acara anak-anak. Sekarang hari Minggu pun acara kartun anak bisa dihitung dengan jari tangan. Ga ada lagi itu Chibi Maruko Chan, Kobo Chan, Power Rangers, Sailormoon atau film-film macam Lion King, Pooh dan lainnya. Bahkan untuk urusan musik pun, anak-anak dinomer sekiankan. Mana ada sekarang acara musik anak? Ada juga anak-anak yang nari sambil nyanyi lagu-lagu orang dewasa. Miris saat lihat anak-anak kecil dengan dandanan ala remaja tanggung yang nyanyi-nyanyi cinta-cinta. Ah ya, anak zaman sekarang.

Untungnya, di toko buku yang biasa jadi tempat saya numpang baca, masih banyak buku-buku dongeng dan kaset lagu anak-anak. Paling tidak, saya dan juga anak-anak Indonesia masih bisa menikmati cerita dan berkhayal. Tapi kembali lagi, harga untuk jadi anak kecil seperti saya dulu sangat mahal sekarang. Satu buku cerita warna warni setidaknya dipatok dengan harga ratusan ribu rupiah. Kaset-kaset juga begitu, puluhan sampe ratusan, hanya untuk satu cerita. Mahaaaaaaal!! Itulah kenapa saya pengen, ya pengen sekali nulis cerita anak-anak versi sendiri untuk nantinya bisa dibaca oleh anak-anakku nanti. Setidaknya saat TV tidak bisa memberikan tontonan yang sesuai saya punya alternatif untk mereka. Dan kalaupun nanti mereka tak bisa kenal apa itu Kancil Nyolong Timun, Doraemon, Cinderella dan sebagainya mereka masih bisa kenal cerita versi lain yang mungkin serupa tapi tak sama.

nb:
Mungkin sedikit kalimat ini akan memberi ruang untuk berfikir
Dunia berkata, "hei Bocah, jangan matang sebelum waktunya."
Sang Bocah menjawab, "hei dunia, bagaimana kami tak matang sebelum waktunya kalau kau tak memberikan ruang untuk kami mengentaskan mimpi-mimpi masa kecil kami, bermain riang ke sana ke mari. Maka jadilah kami sekarang, remaja tanggung yang tak dewasa dan tak juga anak-anak. Tapi kami bahagia kok. Kami bahagia dengan cara kami sendiri."