Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Tuesday 18 September 2012

Menunggu Hujan Turun...

Panas Semarang akhir-akhir ini semakin menyengat. Rindu gerimis, rindu tetes air hujan. Ya, saya menunggu hujan setelah berbulan-bulan lamanya Semarang ga disiram hujan. Bukan hanya Semarang, Rembang, kota asalku pun sebelas dua belas. Panas menyengat. Seakan matahari benar-benar ingin menunjukkan kekuatannya untuk menghangatkan bumi.

Hari ini, mendung bergelayut di langit Semarang. Semilir anginnya sejuk, semoga ini pertanda datang rahmat dari-Mu. Semoga turun hujan, lirih lisan ini berucap. Ini doa, ini harapan.


Ya Rabb, Semoga Engkau berkenan memberi kami hujan. Hujan sebagai pengantar rahmat, penyambung rizki dan penyejuk tubuh kami. Semoga hujan turun membasahi tanah-tanah yang kering agar kembali subur menghijau. Semoga hujan turun dengan membawa hawa sejuk agar hati-hati kami ikut damai di dalamnya. Semoga hujan membawa rizqi bagi kami dengan caranya. Karuniakan pada kami hujan yang manfaat, hujan yang membawa keberkahan di bumi kami ya Allah. Agar dalam rintik hujan kami tetap memuji asma-Mu.

Menunggu alunan doa saat hujan turun, Allahumma shayyiban nafii'an...


Gambar diambil dari sini

Sunday 9 September 2012

PUZZLE

Akan ada saatnya di mana kita harus menemukan potongan puzzle dari hidup kita dan memasangkannya sendiri di hidup kita. Dengan tangan kita sendiri, dengan usaha kita sendiri. Tidak menunggu takdir, tidak menunggunya jatuh dari langit.

Potongan puzzle itu harus utuh dan kita yang akan menggenapkannya dengan usaha dan tentunya pencarian panjang. Bahwa hidup itu ga hanya menunggu akhir, bahwa perjalanan hidup pun akan sederhana kalau kita pandai dan bijak memaknai.

Karena hidup hrus berjuang dan kita sedang berjuang. Mencari sepotong puzzle yang akan melengkapi gambaran hidup kita. Menggenapkan apa yang samar agar terangkai apik menyusun sebuah penggambaran. Dan semoga potongan itu memberikan gambaran yang baik, memberikan akhir yang baik dan memberikan penjelasan terbaik atas segala kejadian di kehidupan kita yang belum lengkap sebelumnya.

Saya mencari potongan itu, kamu juga mencari potongan hidupmu. Dan semoga di sana, di persimpangan, kita bertemu saat sudah menemukan potongan masing-masing. Kemudian bercerita banyak tentang potongan kisah yang menggenapkan cerita kita. 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, 50 tahun lagi atau entah kapan. Semoga akhirnya tetap sama, kau dan aku menemukan potongan akhir yang membanggakan, sahabatku...


gambar diambil dari sini

Saturday 1 September 2012

PEKA

Aku sering bilang kalau "itu kan hidupnya, jadi apa urusanku? ini kan hidupku jadi jangan ikut campur". Kalimat itu rasa-rasanya pas, tapi sadarkah kalau kata-kata itu dihidupi, terus ditanam subur di otak sampai mengakar maka tak ada lagi saling mengingatkan di dalam kebaikan. Tak ada. Semua orang sibuk dengan urusannya pribadinya. Jika orang lain melakukan kesalahan maka aku berlindung pada asas jangan mencampuri urusan orang, itu hidupnya. Dan sebaliknya, jika aku dikritik tentang hidupku maka berlaku asas ini hidup gue lho,, siapa kamu ikut-ikut repot? Dan tamatlah!

Saat pikiran-pikiran seperti itu yang datang, lihatlah beberapa tahun lagi, manusia bukan lagi makhluk sosial yang saling tolong menolong. Manusia akan jadi makhluk egois. Ah, tak perlu menunggu besok. Nyatanya sekarang pun manusia itu makhluk subjektif nan egois.

Peka, tolong sedikit saja peka pada sekitarmu. Peka pada dirimu. Berani memberi nasehat yang membangun itu ngga salah kok. Asal dengan bahasa yang baik. Tutur yang santun dan suasana yang tepat. Dan tak hanya itu, siap menerima kritik itu penting. kita ini manusia yang emang tempatnya salah jadi wajar kalo kita dikritik, wajar kalo kita dimaki, wajar. Jangan dikritik sedikit saja sakit hati. Memelihara sakit hati itu hanya akan menyakiti diri sendiri, percayalah...

Sekarang, silahkan kritik saya bila saya salah, ingatkan saya bila saya melenceng..