Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Tuesday 23 October 2012

Jalan-Jalan Ber-Alibi Kondangan

Hello Universe, rasanya hatiku sudah a half charging weekend kemarin. Jalan-jalan, nenangin pikiran. Bermetamorfosis! Dan akan lengkap weekend ini saat pulang.. yey!! 

Maafkeun kalau beberapa minggu belakangan saya sering ngegalau di twitter. Maafkeun yang tiba-tiba dapat gangguan saya beberapa minggu terakhir. Setidaknya kamu, kamu dan kamu jadi lebih tahu apa yg harus kamu lakukan saat menemukan aku jadi lebih ceria daripada biasanya, lebih ceplas ceplos daripada biasanya, lebih sering ketawa dan senyum, ya cukup mengalirlah dengan iramaku. berceritalah dan tertawalah bersamaku. 

Aku sempat mengingat sebuah kalimat, Don't let the silly little dramas of each day get you down. For you are here to do great things.Iya bener, ga usah drama. Hidup itu bukan FTV yang unyu-unyu, hidup itu keras, Jenderal! Makanya, saat kau sedih menangislah secukupnya dan ayo semangat lagi. Setidaknya, iya setidaknya kamu jadi tahu ada skenario lain yang mungkin dulu ga pernah dilihat. Dan here it is! Look, your God never let you down.

Weekend Magelang - Jogja 

Ceritanya kondangan sekalian jalan-jalan atau jalan-jalan sekalian kondangan, ah apapun. Yang pasti Sabtu Minggu kemarin aku dan Mbak Umi sukses menapakkan kaki di Magelang dan Jogja. Rencana awal berangkat jam 6 pagi tapi akhirnya molor jadi jam 10. Maklumlah, I am 0-blood-type :D Berangkat cuma modal diri, uang, HP dan tas ransel. Oke, aku baru pertama kali ke Magelang naik bus dan ternyata Mbak Umi juga sama. Ga ngertilah nanti mau turun di mana cuma modal ancer-ancer dari Mbak Dian, "ntar kamu turun Kebon Polo njuk tak jemput." Naik bus, duduk langsung bilang ke kondektur bus," Pak, kula mangke mandap Kebon Polo saged?" si Bapak mengangguk dan yay Magelang, I'm coming...

Pernah ga sih kamu duduk di bus terus dapat teman seperjalanan yang baik, nyambung berujung sampai kenalan, cerita macem-macem? Pernah. Menyenangkan karena itu sangat membantu mengurangi kebosanan selama perjalanan. Tapi kalau sebaliknya? Duduk bersebelahan dengan orang yang berpotensi membuat kita sebal, lebih baik gunakan caraku, ambil posisi duduk senyaman mungkin, ambil headset, setel lagu-lagu favorit, doa dan tidur. Itu akan menyelamatkan diri dari kemungkinan penyakit hati sebel, grundel dan ngomongin orang.Ya begitulah kira-kira yang aku lakukan selama perjalanan ke Magelang kemarin. Kebetulan aku misah tempat duduknya sama Mbak Umi dan kebetulan dapet teman perjalanan yang kurang enak.

2  jam lebih sedikit perjalanan, sampailah di Magelang. Dijemput sama Mbak Dian, ngobrol-ngobrol bentar dan culinary time! Pas banget dateng pas jam makan siang. Jadilah kami muter cari makan dulu. Magelang itu khasnya tahu kupat, so pilihan makan siangnya ya tahu kupat. Pas disajiin aku langsung nyeletuk, "lha ini kan sama aja kayak tahu gimbalnya semarang versi lebih encer." Dan rasanya ga jauh-jauh beda. Mungkin emang ga begitu hobi makan tahu gimbal juga jadi kerasanya sama aja hehee.. Abis itu ke Es Eny. Dateng langsung disambut berbagai nama es yang aneh-aneh. Es Kemesraan, Es Putri Salju, Es Sendiri Lagi, Es apalah pokoknya banyak dan aneh-aneh. Kenyang? Banget. Selanjutnya ke rumah Mbak Dian, istirahat. 

Skip langsung ke hari Minggu. Meluncur ke Sleman, ke rumah Mbak Wita. Intinya kan ke Jogja itu mau kondangan kan ya. Datang pas akad nikah, langsung sumringah lihat mantennya cantik banget. Prosesi ijab kabul, alhamdulillah, sah! Salaman sama mantennya langsung pamitan. Meluncur ke Kaliurang. Ini jadi intinya jalan-jalan ber-alibi kondangan. Lha kondangannya ga ada sejam, lebih lamaan muter-muternya. Next destination, Taman Wisata Kaliurang, ke Museum Ullen Sentalu. Ini janji Mbak Dian, mau bawa aku ke sini. Dan kesampaian. 

Buat kalian penikmat sejarah kerajaan-kerajaan Jawa, Ullen Sentalu itu pilihan yang cocok. Museum yang dikelola oleh keluarga yang cinta kebudayaan Jawa, di sponsori 4 kerajaan Islam yang sampe sekarang masih eksis dan menjadi pengisi museum ini. Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegara, Kasunanan Surakarta dan Pakualaman. selengkapnya tentang Ullen Sentalu bisa dibuka di sini www.ullensentalu.com. Sayangnya, di sini ga boleh foto-foto sembarangan. Jadi, ga ada koleksi foto di dalam museumnya. Bisa foto-foto di bagian luarnya. Tapi, ga ada ruginya karena pemandangan dan bangunan museum ini unik. (Untuk sementara ga ada  foto-foto dulu di sini, belum ditransfer foto-fotonya)

Intinya weekend kemarin aku sukses liburan. Walaupun cuma bentar ke Ullen Sentalu doang. Yang pasti sih lumayan refresh, senang dan kenyang *eh :D

Can't wait jalan-jalan selanjutnya.. Episode depan 10 November, Surabaya I'm coming... ^^

Saturday 13 October 2012

#termin 007

Prinsipnya itu seperti tepuk tangan.
Akan berbunyi kalau ada dua telapak tangan yang bertabrakan.
Tapi jika cuma satu telapak tangan,
hanya akan ada angin dan hampa.
Begitu prinsipnya..

Tuesday 9 October 2012

Jalan-jalan Kali Ini, Kediri (Lewat Selatan)

Weekend kemarin saya nyempetin waktu ke Kediri. Nengok ponakan. Meskipun udah berkali-kali ke Kediri, perjalanan kali ini beda. Apa yang bikin beda? Rutenya. Ya, kali ini karena berangkatnya dari Semarang jadi aku milih lewat jalur Selatan yang lebih deket. Pertimbangan lainnya karena jalur Pantura sedang lagi ada perbaikan jalan yang bisa sampe 2 jaman macet kalo lagi sial. Setelah ambil keputusan lewa jalur selatan, mulai deh banyak pertanyaan di pikiran. Ini nanti naik apa? Lewat mana? Bingung. Buta arah sama sekali. Apalagi rencananya berangkat malam hari dan sendiri. Kalau lewatnya Pantura mah saya apal dan mungkin ga ngerasa was-was karena udah biasa. Harap maklum ya, saya orang Pantura yang sehari-hari lewatnya ya jalan sepanjang pantai utara. :D

Mulailah lima hari sebelum hari H saya sibuk nyari-nyari info travel, bus, kereta, pokoknya kendaraan yang mungkin dinaiki sampai ke Kediri. Ngumpulin referensi dari cerita-cerita di blog sampai nanya sana sini. Sayangnya koleksi temen dari Kediri minim. Apalagi yang sering bolak balik Kediri - Semarang. Setelah cari info sana sini akhirnya keputusan mengerucut ketiga opsi,
  1. Naik kereta api, ambil jurusan Semarang - Kediri dengan tiket dihitung Jakarta - Kediri yang artinya bisa sampe 200an ribu karena adanya cuman Bisnis.  Bisa kena kanker tiba-tiba ini kalo PP naik kereta! Bahkan efeknya bisa kerasa sampai akhir bulan :(
  2. Naik Bus tapi dengan resiko harus pindah bus 2 kali. Semarang - Solo, Solo - Nganjuk dan Nganjuk - Kediri. Ini murah di ongkos tapi capek di badan. Apalagi kalo malem, waduh!
  3. Naik travel. Agak mahal tapi santai. Nunggu di kosan, dijemput trus dianterin sampai depan rumah tujuan. Ini kayaknya yang paling masuk akal dipilih buat perjalanan malam hari.
Dan benar saja, dari 3 opsi itu si Ayah cuman ngijinin kalo naik travel. Udah wanti-wanti juga dengan kata pokoknya pokoknya dan pokoknya. Kalo sudah begitu ya apa mau dikata, manut. Mulai deh nyari-nyari travel jurusan Semarang - Kediri.

Alhamdulillah hari Rabu sore akhirnya dapat tiket travel ke sana. Nama travelnya Surya Travel (mangga di googling sendiri). Mobil-mobilnya kebanyakan sudah tua, tapi pelayanannya lumayan bagus. Tiket Rp110.000,00 ke Kediri dapat snack roti dan aqua. Kalau dari Semarang malam jam tiket jam 8 (tapi praktiknya saya dijemput jam 9) sampai Kediri jam setengah 4 pagi. Lumayan cepet untuk ukuran travel. :)

Karena ini the first time-nya aku ke Kediri lewat jalur Selatan, aku udah niat mau ngapalin jalan. Lihat-lihat jalan biar ga buta-buta amat kalo ditanya. Jadilah semalaman ga tidur di mobil. Ngamatin kanan kiri. Tapi karena kondisinya gelap sepanjang jalan aku jadi ga bisa foto-foto. 

Rutenya: Semarang - Ungaran - Salatiga (lewat Tingkir) - Boyolali - Sragen - Gemolong - Ngawi - Madiun - Caruban - Nganjuk - Kertosono - Kediri

Yang horor itu yang jalan dari Tingkir sampai Sragen. Jalannya sepi apalagi malem-malem. Dulu waktu ke Sangiran sama anak-anak magang Candisari aku pernah bilang ke Andri, "Wah lumayan iki Ndri nek lewat sini malem. Nek ana apa-apa misal ban bocor susah." Dan kemarin kesampaian dong, lewat daerah sini jam 12 malam. hahaa...

Kalau lewat Pantura, kita sepanjang jalan disuguhi pemandangan laut (yaiyalah namanya juga pantai utara -___-) nah, kalo lewat jalur selatan kita disuguhi pemandangan asri pohon-pohon. Emang bener ya kalo daerah selatan Jawa ini subur. Rimbun, adem aja gitu lihatnya. Sayang ni ga lewat pas masih terang, kataku dalam hati. Jalannya juga bagus, ga jelek kayak jalur pantura yang tiap tahun ada saja perbaikan di sana sini. Tapi jalur ini relatif sepi ga kayak Pantura yang 24 jam always ramai.

Setelah pegel-pegel duduk dimobil akhirnya jam 4 kurang dikit sampai ke Tinalan, rumah si kakak. Sampai sana saya disambut tangis hebohnya baby Faza yang lagi ngambek minta susu. Langsung ilang deh capek-capeknya. Cuci kaki, cuci tangan, cuci muka, cium baby Faza :) Sabtu Minggu melepas kangen. Ngobrol ngalor ngidul sama si Mbak, peluk-peluk Ibu sayang, dan dapet banyak wejangan dari si Mas. (buat wejangannya kayaknya perlu tulisan khusus kalo mau diceritain. Panjang kali lebar kali tinggi!) Sebenernya sih belum puas karena belum makan martabak Eifel, belum makan tahu Kediri dan belum puas gendhong baby Faza. Ntar deh kalo ada libur agak panjang ke Kediri lagi :)

Pulangnya saya naik travel yang sama, lewat jalur yang sama bedanya kali ini saya dari Kediri siang. Jadi bisa puas lihat-lihat jalan. Sayangnya, saya tepar di travel. Masuk angin sepertinya. Mual, muntah, ga bisa ngapa-ngapain dan HP mati. Untungnya perjalanan lancar, sampai kosan dengan selamat. Langsung gegulingan di kasur kamar. Alhamdulillah.... 

Sekian cerita jalan-jalan capek kali ini. Oiya, Kediri itu kota yang recommended buat dikunjungi lho.. :)

Tuesday 2 October 2012

NINDA



Untuk semua Ayah terhebat di dunia, Untuk semua Ibu tertangguh di dunia. Untuk semua anak yang terus belajar bagaimana menyayangi orang tua. Dan untuk SAUJANA.

Senja selalu memberikan semburat warna yang mengesankan.  Campuran warna jingga lembayung dan sisa-sisa terang sinar matahari. Warna yang romantis bukan? Ah, aku terngiang kata-katanya kala itu. Kami menghabiskan senja bersama duduk di pelataran Masjid megah yang entah kenapa sangat nyaman untuk menghabiskan waktu bersama orang yang spesial. Dia menggenggam tanganku erat dan sesekali menggelayut di pundakku.

“Sudah lama banget Nin kita ga menikmati senja eperti ini?” dia menoleh ke arahku dan tersenyum. Senyum yang aku kenal sejak dulu. Senyum yang membuatku jatuh cinta dan selalu jatuh cinta padanya. 

“Kita akan lebih sering keluar bareng...” kalimatnya pelan dan menggantung. Ada ragu yang tersimpan dibalik senyumnya. Ah, aku tahu kalimatnya ini hanya untuk membuatku tersenyum. Dan aku tersenyum, meraih kepalanya yang sudah bersandar di pundakku sedari tadi.
“Lihat sini! Senyuuuum...” Fahri dengan segera mengabadikan kebersamaan kami. 

“Bagus ga hasilnya?” Lihatlah dia sudah berlari ke arah Fahri yang dengan bangga memperlihatkan hasil karyanya. Senyum di wajahnya membuatku tahu bahwa hasil fotonya bagus. Fahri berbakat soal fotografi. Ingat saat Fahri berhasil memenangkan lomba fotografi sebulan lalu. Dia tak henti membanggakannya dan menjadikannya topik sepanjang hari. Membuatku cemburu. 

Fahri berjalan ke arahku. Duduk di sampingku, basa-basi sekedarnya tentang masjid ini yang selalu mempesona. Dan seperti biasanya Fahri dengan segera mengambil seluruh perhatian ke arahnya. Ah, kenapa aku harus berbagi kebersamaan yang seharusnya mungkin lebih indah kalau tanpa Fahri. Pikiran bodoh itu melintas begitu saja di benakku. Lihatlah Ninda kini sudah beranjak pindah ke samping Fahri dan memberikan seluruh pandangan matanya ke Fahri. Begitulah, selalu seperti ini.

Senja semakin meremang dan sudah saatnya kami pulang. Dia menggandeng tanganku. Berjalan bersebelahan denganku. Fahri di sebelahnya terlihat repot membawa perlengkapan kameranya. 

“Tunggu di sini ya aku ambil mobil dulu.” Fahri bergegas berjalan ke parkiran menyisakan aku dan Ninda dalam hening. 

“Nin?”

“Iya?” jawabnya dengan menatapku lekat. 

“Makan malam dulu di rumah ya sebelum pulang?” Dia dengan segera mengangguk. Beberapa menit kemudian sampailah kami di rumah kecilku. Dan jadilah malam ini rumah kecilku ramai. Dia dan Fahri duduk di ruang tengah tertawa bersama saat membuka album foto. Entah apa yang mereka tertawakan. Fahri tipe orang yang tidak banyak bicara. Dia membuatku bertanya apa yang membuatnya begitu spesial bagi Ninda.