Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Friday 9 May 2014

Kebaikan Hati dan Sebuah Ucapan Terima Kasih

Sabtu, 3 Mei 2014 tepatnya selepas adzan Isya mas Dwi pulang dengan tergesa-gesa. Mengetuk pintu dengan tergesa dan raut muka yang berantakan. Aku yang waktu itu baru selesai mandi ikut gugup. Kenapa? tanyaku dalam hati. "Dompetku ketinggalan ya Yang?" Ah, aku tahu ujungnya. Mas Dwi langsung balik kanan, menyalakan kembali motornya dan menghilang. Beberapa saat kemudian Mas Dwi pulang dengan wajah semakin kacau. Jujur saja, baru kali ini aku melihatnya sepanik ini. Bagaimana tidak panik, dompet itu berisi surat-surat penting seperti KTP, ATM, SIM A, SIM C dan sebagainya. Bukan masalah besar bila kami adalah warga asli di Purwodadi. Akan tetapi KTP Mas Dwi masih berdomisili di Batang. Akan sangat menyusahkan jika benar-benar hilang dan harus pulang ke Batang untuk mengurus semuanya. Bukan masalah materi, tapi waktu dan tenaga yang terbatas sedangkan kami Senin sampai dengan Jumat harus masuk kantor.

Bukan urusan gampang harus bersikap tenang saat suami sedang galau berat. Yah, mesti bilang "ga papa mas.. ntar kalo ilang di urus lagi satu-satu". Mesti tersenyum walaupun aslinya saya juga bingung. Bagaimana tidak? Kami baru saja setuju untuk mengontrak rumah dan harus membayar kontrakan, memikirkan isi kontrakan dan sebagainya. Intinya kami sedang butuh banyak biaya. Dengan hilangnya atm suami berarti atm sayalah satu-satunya sumber uang. Dan coba lihat saldo di atm saya waktu itu. Buat bayar kontrakan aja ga cukup. Kekhawatiranku yang kedua yaitu suami harus bolak-balik Purwodadi - Demak setiap harinya tanpa menggunakan SIM. Bagaimana seandainya jika terjadi sesuatu di jalan, naúdzubillahi min dzalik. Akhirnya saya hanya bisa berucap, la haula wa laa quwwata illaa billah, bismillah... 

Semalaman kami berusaha mencari dompetnya. Kami jalan kaki menyusuri jalan yang dilewati mas Dwi malam itu. Dari R. Suprapto, Simpang Lima Purwodadi, Jalan Gajahmada kemudian kembali lagi. Ya, jika waktu itu anda lewat sekitar jalan itu dan melihat ada orang berjalan kaki dengan raut muka bingung maka kemungkinan besar itu adalah saya dan suami. Napak tilas jalan dan mencari bahkan sampai melihat tempat sampah. Siapa tahu sudah dilempar orang tidak bertanggung jawab ke tempat sampah. Nihil. Ah, tampaklah kami putus asa dan kembali lagi ke kosan. Blokir ATM adalah hal pertama yang terpikirkan oleh kami. Dan malam itu juga ATM kami blokir. Kesokan harinya kami segera mengurus surat kehilangan di polres. Dompet pun sudah kami ikhlaskan. Mulai menyusun rencana kapan akan pulang untuk mengurus surat-surat.

Senin... Selasa.... Rabu.... Ah, kami sudah mulai sangat ikhlas. Sudah tidak mungkin kembali pikir kami. Sampai hari Kamis pagi di rumah mas Dwi di Batang datang surat dari seseorang yang mengaku menemukan dompet tersebut. Alhamdulillah dan tidak terbayang senangnya hati ini saat dikabari oleh Mbak Wulan (mbaknya mas Dwi). Kira-kira seperti ini suratnya..
surat yang ditulis Bapak Imanuel kepada kami
 
fokus ke poin 6 :P hahaa... berbunga-bunga aku bacanya hahahaaa... Akhirnya aku hubungi nomer Bapak yang mengaku bernama Pak Imanuel tersebut. Alhamdulillah, sungguh Allah itu Maha Baik, dompet yang kami sudah ikhlaskan malah kembali dengan pelantara Bapak yang sangat baik hati ini.
Bapak Imanuel namanya. Seorang kepala instalasi di Rumah Sakit Panti Rahayu (Yakkum) Purwodadi. Orang yang menurut kami sudah langka di jaman sekarang. Orang yang sangat jujur dan bertanggung jawab. Orang yang mau repot sampai mengirim surat ke alamat KTP karena tidak tahu harus mengembalikan dompet ke siapa. Sungguh kami, aku dan suami, sangat berterima kasih pada sosok Bapak yang satu ini. Kamis malam kami habiskan untuk bertamu ke rumah beliau, mengambil dompet, menyampaikan rasa terima kasih kami yang tidak bisa digambarkan lagi dan untuk mengenal betapa baiknya sosok Bapak Imanuel ini. Orang yang sangat baik yang aku pikir sudah langka karena orang jaman sekarang sudah individualis dan sinting semua. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau masih mempertemukan kami dengan orang-orang yang baik. Alhamdulillah...
penampakan dompet mas Dwi
Dan inilah cerita bagaimana si dompet ini bisa kembali lagi ke tangan pemiliknya untuk kedua kali. Perlu diketahui, dompet ini sudah hilang sebanyak dua kali. Pertama di Batang dan alhamdulillah kembali karena yang menemukan kenal dengan mas Dwi. Kedua kalinya dompet ini mempertemukan kami dengan orang baik bernama Pak Imanuel. Alhamdulillah. Kami jadi terinspirasi ingin menjadi pribadi seperti Bapak Imanuel. Bersahaja, berprinsip dan bertanggung jawab. Semoga Tuhan memberkati Bapak Imanuel dan keluarga, aamiin...

Tulisan ini spesial dipersembahkan untuk Bapak Imanuel dan Keluarga di Jl. Gajahmada, Purwodadi. May God always bless your family, aamiin..

Purwodadi, 9 Mei 2014

Thursday 8 May 2014

Status Baru dan Hal-Hal yang Belum Selesai

Ada banyak memori bulan April. Bulan di mana saya menyandang status baru sebagai seorang istri dan menjadi Ny. Dwi Herjanto. Kebahagiaan dan kesempatan yang seumur hidup akan menjadi catatan permanen di hidupku. Melewati awal-awal April dengan segala persiapan mulai dari menata diri, menata batin dan menata persiapan acara. Capek? Jangan ditanya karena setelah ijab kabul saya dan suami langsung sakit bahkan sampai seminggu kami batuk, pilek, pusing berkepanjangan. Alhamdulillah kami sudah sehat sekarang.

Gimana rasanya jadi istri? Wah itu pertanyaan yang sulit. Dulu sebelum resmi jadi istri, saya hanya tahu sekilas saja tentang suami saya. Setelah resmi barulah saya tahu bagaimana sifat sebenarnya, kebiasaannya baik yang baik maupun yang buruk dan sebagainya. Maka benarlah kalau ada yang bilang bahwa proses mencintai akan dimulai setelah ijab kabul terucap karena setelah ijab kabul bukan lagi fisik yang utama tapi pengabdian, pengorbanan dan tanggung jawab yang menjadi dasar cinta. Mau membuktikan? maka nikahlah saudara saudara! Jangan ditunda-tunda :D

Sedikit berbagi cerita, sebelum akad nikah ternyata suami saya pindah ke Demak sehingga saya dan suami merubah hampir semua rencana hidup. Untungnya, kami sudah terbiasa untuk menyiapkan rencana B, C dan seterusnya. Dan akhirnya diambil keputusan saya pindah ke kantor perwakilan di Purwodadi saja dan meninggalkan kondisi nyaman dan mengambil resiko untuk downgrade 2 tingkat asalkan bisa seatap dengan suami. Hidup sangat menyenangkan saat masih cuti tapi mulai agak melelahkan setelah kembali ke dunia nyata. Suami harus bolak-balik Purwodadi - Demak tiap hari. Jujur saja saya kadang tidak tega melihat dia tidur kecapekan. Selama 2 minggu belum dapat kontrakan dan harus sabar di kosan. Bersempit-sempit dengan barang bawaan kami berdua yang banyak. Alhamdulillah hari Sabtu besok kami akan pindah ke tempat baru. Memutuskan untuk mengontrak rumah karena kami masih bingung mau mengambil homebase di mana.

Dan inilah saya, sudah 3 minggu saya menjalani status baru menjadi seorang istri. Masih banyak sekali kekurangan dan masih belum bisa menjadi istri yang baik. Tapi bagaimanapun, saya dan suami akan mencoba melengkapi dan belajar menjadi partner yang baik.

Bagi seorang anak, ridho Allah ada pada keridhoan orang tuanya...
Bagi seorang istri, ridho Allah ada pada keridhoan suaminya...

Purwodadi, 09-05-2014