Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Saturday 14 January 2012

#termin001

If you say you are nothing, it means that you let yourself to be nothing in this world!!! 
So keep your head up and say loudly to the world that you are somebody and never be nothing...

Zahara, 14 Januari 2012

Sunday 8 January 2012

Tentang Jatuh Cinta

Tahukah kau kalau selembar daun sejatinya tak ingin jatuh tertiup angin. Angin pun demikian. Angin tak pernah dengan sengaja membuat daun turut jatuh bersamanya. Jadi, jangan pernah salahkan jika pada saat angin berhembus ada daun yang turut jatuh menyertainya.

Daun tak pernah menyalahkan angin yang membuatnya jatuh. Dan seharusnya angin pun begitu. Angin, jangan benci daun yang akhirnya jatuh menyertaimu. Jangan salahkan daun kalau dia akhirnya menyertai gerakmu. Mengikutimu dan berserak di jalanmu. Sungguh, bukan keinginan daun untuk bodoh ikut terbang bersamamu. 

Kau pun tak salah, angin. Sudah kodratmu untuk berhembus ke mana saja memberi udara segar bagi makhluk hidup. Bukan salahmu kalau dalam gerakmu kau membuat selembar, dua lembar bahkan berlembar-lembar daun jatuh. Bukan salahmu..

Angin, jika akhirnya kau terganggu dengan daun-daun yang berserakan mengikutimu, jangan marahi mereka. Jangan benci mereka. Mereka terlalu rapuh kalau masih harus kau benci. 

***

Sadar atau tidak, perhatian, pertengkaran, perselisihan, percakapan, interaksi terkadang menimbulkan efek yang tidak kita prediksi. Dari hal kecil pun rasa tertarik bisa muncul. Karena rasa suka itu tempatnya di hati bukan di otak. Hati, bagian yang bila baik maka baiklah keseluruhannya dan jika buruk maka buruklah kesemuanya. Dan tahukah kamu kalau hati sudah jatuh ke seseorang? Tak ada lagi tempat untuk logika di sana karena hati bukan otak yang bisa berfikir benar dan salah. 

Tuesday 3 January 2012

Tulisan Acak

Aku sedang tidak mengerti sesuatu dan aku mencoba mencernanya. Satu, satu, satu dan semua masih berhenti di angka satu.

"Tenang, setahap setahap saja dimengerti satu per satu.." Ah, diri ini terlalu hiperaktif untuk hanya diam dan menunggu jawaban. Sedang masih saja ada prasangka yang menggelayuti pikiran. Menemukan diri dengan pikiran jernih memang susah belakangan.

"Tenang, kita bisa setahap demi setahap. Jika belum bisa mengucap dua ucapkan dulu satu sampai kau fasih mengucapnya.." Mulutku kelu dengan ucapnya. Sekilas ada rasa tak rela bila disamakan dengan anak balita yang baru belajar bicara. Aku sudah dewasa!

"Lihatlah sekarang, adakah kau sudah dewasa?" Sekarang aku termangu sejenak. Menatap cermin yang seperti merekam gambar anak kecil yang merajuk minta permen tapi tak ada uang membelinya. Kekanak-kanakan. Sepertinya memang aku masih harus belajar mengucap satu sampai fasih dulu.

***


Belajarlah untuk mengerti, memahami dan berproses.
Bertumbuh itu tak instan, ada kerja keras dan keringat di sana.
Sesuatu yang di dapat dengan usaha jatuhnya pasti lebih memuaskan.

Sunday 1 January 2012

Kumbhakarno, Sang Pahlawan Alengka


Kumbhakarno bukanlah lakon utama di dalam pementasan Ramayana. Dia pun juga bukan tokoh penting seperti halnya Anoman yang menjadi pahlawan penyelamat sang dewi Shinta. Kumbhakarno hanyalah tokoh penambah dalam cerita akhir peperangan Rama dan Rahwana. Kumbhakarno hanya sekelumit cerita di mana kita masih bisa percaya bahwa masih ada lakon berhati mulia di tengah carut marut Alengkadiraja.

Siapa yang tak kenal Rahwana. Raja dzalim yang mengibarkan bendera perang pada Rama dan Ayodya dengan menculik Shinta. Seorang raksasa yang memerintah rakyatnya dengan prinsip yang penting saya senang. Seorang pemimpin bertangan besi dan arogan kepemimpinannya. Di bawah Rahwana, Alengkadiraja tak ubah seperti negeri bobrok pemuja kejayaan, harta dan tahta. Demikian pula yang tercermin dari tingkah laku beberapa pemuja setia sang raja, Rahwana. Mereka menurut dengan semua titah sang Raja tanpa memperdulikan benar atau salah. Ya, Alengkadiraja yang malang.