Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Saturday 24 March 2012

#termin005

Ups, lagi! 

Jangan jadi cewek bodoh dengan percaya pada janji pria yang belum jadi mahram-mu!  Dia bukan siapa-siapamu dan tak bisa kau tuntut untuk bertanggungjawab atas akhiratmu nanti..


-just saying- 

-nomention-

Friday 23 March 2012

23032112

Saya di rumah... aaah,, senangnya bisa berada di suasana rumah lagi.. Dan malam sedang menyusun lagi berbagai rencana, mimpi dan ah semuanya yang ada di otak. Mesti ditulis satu-satu karena aku takut lupa.. aku takut lupa dan semua keteter. Semoga Allah mmemberi waktu dan kesehatan buat nyelesein semuanya.

Oh ya, selamat long weekend everybody.. Semoga liburan kalian menyenangkan seperti saya. Kata seorang temen, pulang kampung itu nikmatnya kayak buka puasa dan saya setuju! Setelah pengalaman kemarin malam terdampar di terboyo berjam-jam nunggu bus, kejebak macet, bus penuh sesak, sampai di rumah, mandi dan tidur di kasur adalah nikmat. Rasanya kayak pas buka puasa. Memang ya, ga ada tempat yang bisa menggantikan kehangatan rumah dan kebersamaan keluarga. Nikmat yang ga tergantikan :)

Allah, terima kasih karena sudah memberikan keluarga sehangat ini.. :)

Sunday 11 March 2012

Obrolan Dari Candisari

Alhamdulillahirabbil'alamiin... 

Genap seminggu ini menjadi anak magang di KPP Pratama Semarang Candisari. Ya, setelah nunggu dan vakum selama hampir 5 bulanan akhirnya aku resmi ditempatkan jadi bagian keluarga besar Direktorat Jenderal Pajak. Sebuah institusi besar yang belakangan sering muncul di berbagai pemberitaan dari korupsi, rekening gendut sampai pengadaan fiktif. Ya, sepertinya institusi kami sedang ditempa cobaan dan bersiap naik tingkat. Lepas dari semuanya, aku sangat berbangga dan bersyukur bisa ada di dalamnya. Suatu kebanggan tersendiri ikut ambil bagian mengumpulkan pajak yang sekarang menyumbang hampir 75% APBN Indonesia. That's awesome. :)

Dulu sebelum pengumuman kepastian penempatan instansi, sempat terfikir dan berdoa supaya dapet BPPK saja. Alasannya sudah pasti alasan klasik seperti penempatan, beban kerja dan lain-lain. Ternyata rencana Allah lain. Aku dapat DJP pas sesuai sama pelajaran-pelajaran yang aku pelajari selama tiga tahun. Itu sisi positifnya, bahwa insyaAllah ilmuku sejalan dengan apa yang akan aku hadapi ke depan.

Tapi ada yang sedikit mengganjal. Pada awalnya agak galau juga sih. Apalagi kalau bukan momok penempatan dan mutasi. FYI, kantor pajak ( namnya KPP) tersebar dari sabang sampai merauke. Tak percaya? Lihatlah peta dan mulailah tanya sama mbah google tentang KPP Pratama Tahuna, Pare-Pare, Waingapu, Ruteng dan nama daerah yang asing di telinga. Kurang lebih ada sekitar 297 KPP Pratama di seluruh Indonesia. Itu belum KPP Madya, KPP Besar dan Kantor Wilayah. Luaslah Indonesia. :) Kembali ke masalah galau. Iya, masalah utamanya adalah penempatan yang sering tak terduga. Padahal penempatan awal itu adalah start awal karir karena nantinya sebagai pelaksana mutasi kepegawaian tk pelaksana adalah selingkup kantor wilayah. CMIIW. Jika benar, maka bila penempatan awal jauh, harus menunggu promosi atau kenaikan jabatan untuk bisa penempatan ulang.

Tuesday 6 March 2012

KRITERIA

Aku mentok dengan kata kriteria. Rasanya kepalaku berputar dan akhirnya stuck, macet! Padahal sadar tak sadar otak kita punya refleks tersendiri untuk menentukan kriteria di kehidupan kita. Contoh simpelnya memilih baju. Tanpa kita sadari otak sudah membagi-bagi kriteria baju ini untuk acara apa, sama siapa dan seterusnya. Tapi, semisal sekarang ditanya kriteria baju yang kau suka kita akan bingung jawab apa. Wajar! Manusia punya banyak sekali keinginan dalam wujud nafsu yang kadang secara tidak kita sadari membuat penilaian pada kriteria jadi abnormal.

Coba sekarang kita tanya kriteria makanan sehat pada diri kita. Pastilah akan keluar jawaban muluk bahwa makanan sehat itu harus cukup gizi, ada sayur, ada protein ya semacam empat sehat lima sempurnalah. Lalu coba dengar sedikit suara kecil yang pasti ada bahwa makanan yang sehat juga harus enak. Wajar! Tapi coba tengok makanan yang kita santap setiap hari. Idealkah?

Jadi, ketimpangan kriteria dan fakta itu sudah umum, wajar, udah sangat amat biasa. Tak perlu kaget kalau apa yang ada di otak, di pikiran, di awang-awang akhirnya harus tergantikan dengan yang lain. Kriteria itu patokan tapi bukan harga mati untuk setiap pencapaian. Bila kau menginginkan sejumlah kriteria untuk suatu hal tapi pada akhirnya Allah memberi dalam wujud lain, maka percayalah itulah yang kau butuhkan. Percayalah..

Kita menetapkan sejuta rencana hidup, tentu saja dengan berbagai kriteria mulai dari pasangan, jalan hidup, tempat tinggal, pekerjaan dan lainnya. Kriteria itu yang akan membawa kita ke pilihan terbaik. Kriteria juga yang jadi ukuran pantas dan tidak. Tapi, bukan kriteria yang menentukan kebahagiaan. Karena tak selamanya apa yang kita mau, apa yang kita butuh ada di dalam kriteria-kriteria itu. Kadang tak terpikir untuk kita akan seperti apa kehidupan nantinya. Akan seperti apa tantangan hidup kita. Akan setangguh apa kita. Untuk itu, kriteria saja tak cukup. 

Mengutip kata Ibuku, jika kriteria sholeh itu hanya diartikan dengan ahli ibadah maka jelaslah bahwa sholeh saja tak cukup.