Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Sunday 3 April 2011

Apa Kata Dunia?

Cerita ini diambil dari buku The Power of Wisdom halaman 138. Semoga bermanfaat..

Siang itu Lukman Hakim mengajak anaknya pergi ke pasar. Mereka menunggangi seekor keledai yang tubuhnya belum setegap keledai pengangkut barang. Siapa saja yang melihatnya, mereka akan mengira kaki keledai itu akan patah karena keberatan menggendong dua orang di atasnya. Namun keledai itu masih cukup kuat untuk membawa kedua tuannya itu. Walaupun jalannya begitu pelan dan dapat di susul dengan jalan kaki.Keledai itu berjalan agak tertatih-tatih.

Jalan bebatuan yang dilewati membuatnya berjalan lebih hati-hati. Takut-takut dia terperosok dan pastinya kedua tuannya akan jatuh bersamanya. Di atas punggung keledai itu, Lukman Hakim mengajak anaknya untuk berdzikir kepada Allah. ''Sebutlah Subhanallah sampai pohon itu. Bacalah Alhamdulillah sampai batas sana. Bacalah Allahu akbar sampai orang yang berjalan itu.''

Anaknya mengikuti saja apa yang dikatakan ayahnya. Lukman terus menyuruh anaknya melakukan itu.Sampai akhirnya ada seseorang yang berpapasan dengannya. Dari jauh orang itu sudah melihat kasihan kepada keledai yang berjalan tertatih-tatih itu. Dia pun menatap sinis kepada dua orang yang menungganginya. Setelah semakin dekat, tahulah dia bahwa kedua penungggang keledai itu adalah Lukman Hakim dan anaknya.

''wahai Lukman, tidakkah kau menaruh kasihan melihat keledaimu yang keletihan mendukung kalian berdua? Tak pantas menyiksa keledaii muda ini dengan tubuh kalian.''

Lukman membalasnya dengan sopan. Dia menghentikan keledainya. Lalu mereka berdua turun dari punggung keledai itu. Setelah melihat hal itu, senanglah hati lelaki yang menyapanya tadi. Orang itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya berjalan menggiring keledainya. Lukman masih meminta anaknya mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu akbar.

Orang kedua yang berpapasan dengan mereka melihat dengan sorot mata penuh keheranan. Betapa tidak, mereka ada keledai tapi tidak menungganginya malah memilih berjalan kaki.''Hai Lukman, alangkah anehnya sikap kau ini. Keledai kau biarkan kosong, sedangkan kalian jalan kaki. Alangkah ganjilnya.'' lelaki itupun geleng-geleng kepala.Tanpa berkata-kata Lukman menaikkan anaknya ke punggung keledai itu. Melihat hal itu, lelaki tadi kembali meneruskan perjalanannya. Lukman pun melanjutkan perjalanan sambil menggiring keledai itu.

Tak berapa jauh dia kembali berpapasan dengan seorang lelaki tua yang berjalan agak terbungkuk-bungkuk. Ketika berpapasan dengan mereka, pak tua itu serta merta menyumpahi anaknya.

''Alangkah celakanya kau ini. Kau biarkan orang yang lebih tua dari kau jalan kaki, sedangkan kau duduk enak di punggung keledai. Turunkan anak yang tidak tahu sopan santun itu! Dia lebih layak memegang tali keledai itu.'

'Lukman tak banyak cakap. Dengan sigapdia menurunkan anaknya. Kini dia yang naik ke punggung keledai sedangkan anaknya disuruh menggiring keledai itu. Melihat hal yang demikian senanglah hati pak tua itu. Dia kembali melanjutkan perjalanannya. Lukman dan anaknya juga melanjutkan perjalanan mereka ke pasar. dari kejauhan sudah tampak keramaian orang. Tak lama lagi mereka sampai.Belum jauh berjalan, mereka berpapasan dengan sejumlah laki-laki. Dilihat dari barang bawaan mereka, tentunya mereka habis berbelanja di pasar.

''Lihatlah sungguh ganjil lelaki yang ada di punggung keledai itu.'' bisik seorang dari mereka kepada yang lain.

''Benar, sepertinya anak kecil yang menggiring keledai itu adalah anak lelaki itu.'' lelaki satu lagi membenarkan apa yang barusan dikatakan temannya.''Tak seharusnya anak sekecil itu menggiring keledai. Bapak macam apa dia itu.

'' lelaki satu lagi membenarkan kedua temannya.Beberapa langkah mereka sudah berpapasan dengan Lukman dan anaknya. Ketiga lelaki itu menunjukkan mimik muka kurang senang dengan sikap Lukman yang demikian. Mereka pun menegur Lukman.''Tidakkah kamu kasihan dengan anak kecil ini?'' tanya salah satu dari ketiga lelaki itu. Pertanyaan lebih tepat untuk menyindir.

Mendengar itu, Lukman langsung turun dari keledainya. Barulah ketiga lelaki itu beranjak dari tapaknya. Lukman merangkul pundak anaknya. Melihat peluh yang membanjiri tubuh anaknya, Lukman memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon rindang yang tak jauh dari jalan itu.

Anak lelakinya itu kebingungan dengan orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Dia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Lukman tersenyum mendengar pertanyaan anaknya itu.'

'Begitulah pandangan manusia wahai anakku. Mereka hanya menduga-duga dan menilai apa yang menurut mereka baik. Kalau bertentangan dengan pendapat mereka, serta merta mereka mengatakan buruk. Karena itu janganlah kamu terlalu memperturutkan yang dikatakan manusia kebanyakan. Berpegangteguhlah pada apa yang telah ditetapkan Allah kepada manusia. Karena ketetapan Allah adalah yang terbaik. Sedangkan perkataan manusia adakalanya benar tapi banyak yang tidak benar. Hanya perkataan yang menyadarkan kepada dalil-dalil Allah saja yang benar. Karena kebenaran itu datang dari Allah.''

Setelah merasa lebih sejuk, mereka melanjutkan perjalanan. Sampailah mereka di pasar dan sebuah hikmah telah dipetik oleh anak kecil itu. Apa jadinya kalau kita hanya menurutkan apa kata manusia

No comments: