Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Saturday 11 February 2012

Ketidakmampuan VS Ketidakmauan

Kalo lagi di lampu merah sering banget ada yang ketok kaca mobil satu ke mobil lain sambil nengadahin tangan. Oknumnya macem-macem, ada yang anak kecil, ibu-ibu gendhong anak, bapak-bapak tua, penyandang cacat sampe orang segar bugar. Kejadian yang sama juga sering banget di bus umum, terminal, pasar dan tempat-tempat umum lain. Bahkan sekarang dari pintu ke pintu pun ada -___-

Seminggu yang lalu, mobil kami berhenti di salah satu lampu lalu lintas di dekat alun-alun Jombang. Kemudian seperti yang kuduga mulai ada peminta-minta yang turun ke jalan. Si Ibu kemudian bilang "Astaghfirullah, itu kasihan banget bapak-bapak yg di depan" tentu saja ngumungnya pake bahasa Jawa. Aku penasaran kemudian celingukan ke kaca depan. Si bapak-bapak peminta tadi wajahnya sudah tak tampak seperti manusia. Penuh dengan benjolan. Spontan aku pun istighfar banyak-banyak. "Kasih Mi,," aku pun bilang itu ke Ibu. Tapi di samping kaca si Ibu udah mejeng peminta-minta satu lagi yang sehat wal afiat ga kurang satu apapun. Ini apa-apaan? batinku. Karena udah terlanjur buka jendela jadi mau ga mau dikasihnya ke yang sehat. Dan sampe lampu hijau si bapak-bapak tua itu ga lewat di mobil kami. Kayaknya udah ada kesepakatan di antara mereka deh, pikirku.
Sebenernya sebagai pribadi kadang muncul sifat egois kalau melihat kejadian kayak gitu. "Enak aja situ tinggal minta, kerja dong!". Itu wajar, sangat wajar. Aku sendiri sih sebenarnya ok ok aja kalau yang minta itu bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah tua dan memang ga memungkinkan buat kerja atau para penyandang cacat. Ketidakmampuan yang mungkin memaksa mereka jadi peminta-minta. Tapi kalau ada orang masih seger buger kuat kerja eh malah minta-minta itu namanya terlalu! Melihat yang sepeti itu hatiku jadi sakit karena di sekitarku masih banyak orang tua yang menginjak 60-70an atau bahkan para penyandang cacat yang masih produktif. Masih cari penghasilan sendiri untuk makan sehari-hari. Malu kalau minta sama tetangga kanan kiri. Tambah  benci lagi kalau ada ibu-ibu gendhong bayi di jalan protokol. Uh,, sebelku ga ketulungan! Bukan karena apanya, tapi ibu mana yang sampai hati ngajak bayi mungilnya panas-panasan di jalan? Terpaksa dengan keadaan? atau malah memanfaatkan keadaan? Segitu tidak mampukah dia bekerja? atau hanya tidak mau mencoba? Itu pertanyaannya..


Hal-hal macam itu yang semakin menambah panjang deretan sakit hati pada manusia zaman sekarang. Kenapa yang masih sehat ga berupaya mencari nafkah dengan cara yang baik? Kalau bingung, ngamen pun masih lebih terhormat di banding hanya menengadahkan tangan. Ketidakmampuan itu jangan diartikan sekedar tidak mampu nyari kerja. Ketidakmampuan jangan menjadikan kita malas yang akhirnya berujung pada ketidakmauan.

Sudah jelas kalau yang masih muda-muda itu bukan ketidakmampuan atau penderitaan hidup yang menjadikan mereka peminta-minta atau gelandangan, akan tetapi ketidakmauan mereka berusaha dan mencari hidup yang layak. Bukan keadaan yang serba menghimpit yang mengendalikan diri kita tapi kita yang mengendalikan keadaan yang serba menghimpit. Kita sopirnya. Jadi, jangan pernah menjadikan ketidakmampuan sebagai alasan jika hidupmu serba menderita, karena semuanya bukan karena ketidakmampuan melainkan ketidakmauan!

1 comment:

heri said...

jalan-jalane adoh men hehe