Aku, Kamu, Mereka dan Alam

Aku, Kamu, Mereka dan Alam
Aku, Kamu, Mereka dan Alam... Pantai Gedong, 8 Maret 2011 bersama keluarga keduaku,,

Friday 28 January 2011

Pikirku, Tentang Menikah

memulai dengan bismillah,, semoga tulisan ini tidak disalahartikan dan menimbulkan fitnah..

Tulisan ini dibuat saat aku merenung mengerjakan tugas KSPK tentang peta hidup dan target hidup serta karir. Ya, seperti yang telah diduga merencanakan sesuatu itu sangat amat susah dibanding dengan menjalaninya. Tapi tanpa perencanaan yang matang hidup juga bisa berantakan. Benar kan??

Merenungi kembali coretan tanganku, memamndanginya kemudian bertanya "kok bisa ya aku nulis ini itu? emang beneran sudah siap? emang bisa?" dan pertanyaan lain yang mengganggu. Aku memandang bahwa coretan di kertasku ini banyak yang mission imposible alias mimpi belaka. Tapi ga ada salahnya kan mimpi? semua berawal dari mimpi! Indonesia ada juga dari mimpi para  pemuda dan founding father kita lho ^^

Tapi, ada satu target yang paling mengusik dan memakan banyak waktu untuk berfikir, MENIKAH di usia 23 tahun!! Entah iya entah tidak, aku seperti ga sadar menuliskan kalimat itu. Fantastik! Aku tidak bisa membayangkan menulis target sepenting itu dalam waktu 2-3 tahun lagi. Apa iya?

Mengamati sekilas seorang aku di cermin lemari kamar. Masih kecil, kekanak-kanakan, manja dan hanya kata-kata sebangsa itu yang keluar. Dua tahun lagi akan seperti apa kau nak? Dengan targetmu yang menggantung, apa kau siap? Kembali aku mempertanyakan kesiapan diri ini. 

Bagiku, menikah bukan hanya sekedar kebutuhan yang suatu saat manusia akan sampai ke fase itu dengan sendirinya. Menikah itu ibadah, dan selayaknya sebuah ibadah semua harus dengan persiapan optimal, harus yang terbaik dan harus hanya berorientasi ridlo Allah. Menikah bukan hanya sekedar ada calon, suka, orang tua setuju, semua setuju, ijab kabul selesai. Lebih dari itu. Menikah bukan akhir, tapi awal fase baru, awal kedewasaan, awal sebuah keluarga, awal pembinaan generasi baru. Menikahitu sakral! Bahkan aku sendiri belum bisa membayangkan ada di ikatan itu dalam saat ini.

Meluaskan Hati dan Melapangkan Pikir.

Aku mengingat kata seorang sahabat. Dengan adanya ikatan pernikahan maka hati tidak hanya milik kita sendiri. Nantinya saat kata "sah" itu terucap hati kita harus bisa jadi milik 2,3, atau bahkan 10 orang. Tidak ada kamus aku dan kamu, yang ada adalah kamus kita. Hem, it sounds easy tapi cobalah nanti saat kita menjalaninya. Semua akan terasa sulit. Saat kau capek dengan urusan pribadimu, kau masih harus mengurus kebutuhan keluargamu. Bayangkan bila nanti kerjaan kantor menumpuk, pulang kerja capek, belum masak, anak sakit, subhanallah lengkap menu yang sediakan Allah untuk menguji kita. Mau mengelak? Tentu tidak bisa. Ini konsekuensi yang sudah diambil. Secapek apapun, bukankah seorang Ibu selalu ada untuk anak-anak dan suaminya? Bukankah Ibu kita memberi kita contoh seperti itu? Bila Ibu kita saja bisa kita harus lebih tangguh dari beliau.

Hah, memikirkannya saja aku jadi pusing. Itu baru membayangkan bagaimana kalau menjalani? hem,, insyaAllah aku belum siap ^^

Yap, jawabannya adalah aku harus meluaskan hati dan melapangkan pikirku dulu. Merubah mindset ku dari yang kanak-kanak ke dewasa. Membuat hatiku luas seluas-luasnya agar bisa dimasuki 10 orang bahkan sejuta orang. Melapangkan pikirku agar bijak tak hanya berfikir dari sisi aku. Dan untuk semua itu aku butuh waktu. Tak hanya cukup  dengan sekejab mata seperti membalik telapak tangan. Ingat hidup bukan sulap. Allah memang sudah menggariskan semua sejak kita ada di lauhul mahfudz tapi bukan berarti kita tak berbuat apa-apa untuk mencapainya. Semua itu tak mendadak turun dari langit. Dan hati yang luas, pikir yang lapang tak bisa dengan sendirinya ada. Butuh proses, dan mungkin saat nanti aku berumur 50 tahun semua masih berproses.

Memang benar kalau kita tak boleh menyerah sebelum mencoba, tak boleh ber-negative thinking sebelum mencoba, "Allah itu seperti prasangka hamba-hambaNya", akan tetapi ini adalah curahan hatiku, aku masih harus memantabkan hati untuk bisa berbagi dengan yang lain. Dan aku berproses ke sana. Berproses menuju target itu. InsyaAllah semoga dilancarkan menuju akhir dari proses ini.


Pendampingku...
Hem,, suatu kata yang sensitive. Kalau aku bilang wilayah abu-abu, wilayah yang samar, yang aku dan tak seorangpun tau. Siapa nanti yang akan menjadi pemilik tulang rusuk ini, aku tak pernah tau. Dia sudah tertulis di lauhul mahfudz, tapi sekarang dia masih berupa bayangan. Kadang aku mengidolakan seseorang kadang aku kagum kepada seseorang atau malah aku membuat GR seseorang, dan belum tentu mereka. 

Seorang yang mengenalku pasti tau kalo aku adalah seorang pemilih. Pemilih untuk segala sesuatunya. Apalagi nanti saat pendamping itu datang. Aku akan menjadi seperti apa ya? Aku belum tau.

Aku rasa, Bapak adalah orang yang pertama yang akan menjadi sangat preventive. Pernah aku bercanda padanya, "Pi, gimana nek aku nikah cepet?" raut mukanya langsung berubah. Aku tau ada kekhawatiran yang mendalam walaupun akhirnya beliau berucap "asal calone bener, ayo cepet disuruh ngadep" dan aku tertawa. Mana mungkin?? Calon? bayangannya aja belum ada hehe..

Tapi bagiku semua ukuran ganteng, kaya, baik seperti harapan jaman SMA ku sudah tidak lagi penting. Aku hanya mengharap seorang imam yang bisa menjadi imam sejatiku di dunia dan akhirat. Muluk-muluk ya? Tapi Allah kan memerintahkan kita meminta padaNya, maka mintalah sekalian yang tinggi ^^. Sebenarnya itu juga bukan harapan yang muluk. Semua wanita pasti memimpikan yang seperti itu. Begitu pula aku.

Aku tidak mengharap seseorang yang sempurna. Tidak! Aku hanya berharap seorang yang seimbang denganku. Seorang yang bisa berbagi denganku. Seorang yang aku bisa menjadi pelengkap baginya. Seorang yang bisa berjalan denganku seiring bukan mendahuluiku terlalu jauh atau bahkan menyeretku sampai terjatuh. Seperti yang ditulis Dee dalam puisi Spasi. 
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
Dan aku masih percaya firmanNya.

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
Itulah sedikit pikirku tentang menikah. Labil memang. Malam-malam ngetik panjang membahas hal seperti ini. Ah,, tapi aku senang akhirnya bisa menulis lagi walaupun dengan tema yang geje seperti ini. Apapun itu bila ada salah itu karena diri ini dan kebenaran hanya milik Allah SWT. Wallahu a'lam bishshowab...

6 comments:

"Fahri Abdullah" said...

akan ada jawaban atas semua doa, trust me,,it works...(ngiklan)

Ny. Auliya said...

amiin..
Apa saya mengenal anda?

"Fahri Abdullah" said...

sekadar tahu..mungkin iya..

Ny. Auliya said...

seingat saya, tak ada teman bernama fahri,,

ya sudahlah, terima kasih sudah berkunjung..

Agustina Fauziyah said...

Mbak Zahara... Subhanallah. like this post so much :-) *gak ada kode*

Ny. Auliya said...

ayo Uzi disegerakan.. *eh Uzi kan belum lulus, setahun lagi ya dek,, sabar... :)